Facebook

Senin, 06 September 2010

KONSEP DASAR PENDIDIKAN

KONSEP DASAR PENDIDIKAN

Pendidikan dalam arti luas Pendidikan dalam arti luas merupakan usaha manusia untuk meningkatkan kesejahteraan hidupnya, yang berlangsung sepanjang hayat. Henderson (1959:44) mengemukakan : But to see education as a process of growth and development taking place as the result of the interaction of an individual with his environment, both physical and sosial, beginning at birth and lasting as long as life it self a process in which the social heritatage as a part of the social environment becomes a tool to be used toward the development of the best and ost intelligent person possible, me and women who will promote human welfare, that is to see the educative process as philosophers and educational reformers conceived. Menurut Henderson, pendidikan merupakan suatu proses pertumbuhan dan perkembangan, sebagai hasil interaksi individu dengan lingkungan sosial dan lingkungan fisik, berlangsung sepajang hayat sejak manusia lahir. Warisan sosial merupakan bagian dari lingkungan masyarakat, merupakan alat bagi manusia untuk meningkatkan kesejahteraan hidupnya. Dalam undang-undang RI No. 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional dikatakan bahwa : Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuata sepiritual keagamaan, pengendalian diri, keperibadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan Negara. Pertama, bahwa pendidikan berlangsung seumur hidup. Usaha pendidikan sudah dimulai sejak manusia lahir dari kandungan ibunya sampai tutup usia, sepanjang ia mampu untuk menerima pengaruh dan dapat mengembangkan dirinya. Suatu konsekuensi dari konsep pendidikan sepanjang hanyat adalah, bahwa pendidikan tidak identik dengan persekolaan. Pendidikan akan berlangsung dalam lingkungan keluarga, sekolah dan masyarakat.

Kedua bahwa tanggung jawab pendidikan merupakan tanggung jawab bersama semua manusia, tanggung jawab orang tua, tanggung jawab masyarakat dan tanggung jawab pemerintah. Pemerintah tidak boleh memonopoli segalanya. Bersama keluarga dan masyarakat, pemerintah berusaha semaksimal mungkin agar pendidikan mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Ketiga, bagi manusia pendidikan merupakan suatu keharusan, karena dengan pendidikan manusia akan memiliki kemampuan dan kepribadian yang berkembang, yang disebut manusia seluruhnya. Henderson (1959) mengemukakan bahwa pendidikan pada dasarnya suatu hal yang tidak dapat dielakkan oleh manusia, suatu perbuatan yang “tidak boleh” tidak terjadi, karena pendidikan itu membimbing generasi muda untuk mencapai suatu generasi yang lebih baik. Bagi orang dewasa ilmu pendidikan yang mengkajinya disebut “andragogi”, yang berasal dari bahasa Yunani “andr” dan “agogos”. Dalam bahasa Yunani, “andr” berarti orang dewasa dan “agogos” berarti memimpin atau membimbing. Kniwles (1980) mendefinisikan andragogi sebagai seni dan ilmu dalam membantu warga belajar (orang dewasa) untuk beljar. Berbeda dengan pedagogi yang dapat diarti sebagai seni dan ilmu untuk mengajar anak-anak. Orang dewasa, tidak hanya dilihat dari segi biologis semata, melainkan dari segi sosial dan psikologis. Secara biologis, seseorang dikatakan telah dewasa apabila ia telah mampu melakukan reproduksi. Secara sosial, seseorang disebut dewasa apabila ia melakukan peran-pera sosial yang biasanya dibebankan kepada orang dewasa. Secara psikologis, seseorang dikatakan dewasa bila ia telah memiliki tanggung jawab terhadap kehidupan dan keputusan yang diambil.
Andragogi adalah suatu model proses pembelajaran perserta didik (warga belajar) dewasa. Andragogi disebut juga sebagai teknologi pelibatan orang dewasa dalam kegiatan belajar. Proses pembelajaran dapat terjadi dengan baik apabila metode dan teknik pembelajaran dapat terjadi dengan baik apabila metode dan teknik pembelajaran ,melibatkan warga belajar. Keterlibatan diri warga belajar adalah kunci keberhasilan pendidikan orang dewas. Untuk itu sumber belajar hendaknya mampu membantu warga belajr untuk :
a. mengidentifikankan kebutuhan,
b. merumuskan tujuan belajar,
c. ikut serta memikul tanggung awab dalam perencanaan dan penyusunan pengalaman belajr
dan, d. ikut serta dalam mengevalusi kegiatan belajar.3. Mendidik, mengajar dan melatih Pendidikan pada hakekatnya mengandung tiga unsur, yaitu mendidik, mengajar, dan melatih. Ketiga istilah tersebut memiliki pengertian yang berbeda. Secara sepintas bagi orang awan mungkin akan dianggap sama artinya. Dalam praktek sehari-hari di lapangan,kita sering mendengar kata-kata seperti: pendidikan olah raga, pengajaran olah raga, latihan olah raga; pendidikan kemiliteran, pengajaran kemiliteran, latihan kemiliteran, dan sebagainya. Dalam bahasa sehari-hari kita sering mendengar kata-kata lain yang sering dipakai, seperti memelihara anak dan mengurus anak. Memelihara anak dapat diartikan memberi perlindungan kepada anak supaya lestari hidupnya. Katamemelihara kadang-kadang dapat dihubungkan dengan kata-kata memelihara ayam, memelihara anjing, memelihara ternak. Oleh karena itu sebaiknya kata itu jangan dipakai terhadap anak manusia. Lebih baik dipakai kata-kata “mengurus anak”, tetapi “mengurus anak” tidak dapat disamakan dengan kata “mendidik anak”. Mendidik menurut Darji Darmodiharjo menunjukkan usaha yang lebih ditunjukkan kepada pengembangan budi pekerti, hati nurani semangat, kecintaan, rasa kesusilaan, ketaqwaan, dan lain-lain.
4 www.rezaervani.com-Konsep Dasar Pedagogik, Drs. Uyoh Sadulloh, M.Pd
Rumah Ilmu Indonesia | http://groups.yahoo.com/group/rezaervani
Mengurus anak dapat diartikan mengurus segala kebutuhan hidup anak, seperti menberi ank makan dan pakaian, mengurus kesehatannya, setiap hari dimandikan, jika sakit dirawat dan sebagainya, namun perkataan mendidik ank tidak dapat diindentikan (disamakan) dengan mengurus anak. Mengurus anak lebih banyak berkaitan dengan pemenuhan kebutuhan fisik, mendidik anak menyangkut seluruh kepribadian anak. Mengajar bearti memberi pelajaran tentang berbagai ilmu yang bermanfaat bagi perkembangan kemampuan berpikirnya. Disebut juga pendidikan intelektual. Intelek anak adalah kemampuan anak berpikir dalam berbagai bidang kehidupan. Jelas bahwa pengajaran atau pendidikan intelektual merupakan bagian dari seluruh proses pendidikan, atau pengembangan mempunyai arti lebih sempit dari penddikan. Lebih sempit lagi adalah kata latihan, seperti latihan mengambar, latihan menembak. Latihan ialah usaha untuk memperoleh ketrampilan dengan melatihkan sesuatu secara berulang-ulang, sehingga terjadi mekanisasi atau pembiasaan. Latihan dapat kita terapkan terhadap hewan, misalnya melatih anjng herder,melatih singa didalam sirkus, atau melatih lumba-lumba supaya dapat menjawab suatu soal hitungan yang seperti 3x4=12. Bagi hewan tidak bisa menggunakan istilah pendidikan gajah (yang berarti mendidik, mengajar dan melatih gajah, namun yang tepat adalah melatih gajah. Proses belajar yang menyangkut intelek atau pikiran, hanya dapat diterapkan pada anak manusia. Ini berarti berada dalm taraf kegiatan yang lebih “rendah” dari proses belajar, sedangkan belajar berada dalam kegiatan yang lebih “rendah” dari proses mendidik. Pendidikan anak manusia meliputi seluruh ketrampilannya. Latihan menyngkut segi jasmani-rohaninya, atau dengan istilah teknis, menyangkut segi psikomotoris kepribadian.
Tujuan dari tiga jenis kegitn itu juga berbeda. Tujuan mendidik ingin mencapai kepribadian yang terpadu, yang terintegrasi, yang sering dirumuskan untuk mencapai kepribadian yang dewasa. Para akhli ilmu mendidik telah bersepakat, bahwa tujuan memendidik ialah untuk mencapai kedewasaan.tetapi apa arti kedewasaan itu, dan lebih umum lagi, apa tujuan pendidikan itu dalam arti yang sebenarnya, memerlukan pembahasan yang khusus (dibahas dalam tujuan pendidikan), karena masalahnya tidak semudah seperti kita duga. Tujuan pengajaran yang menggarap kehidupan intelek anak ialah supaya anak kelak sebagai orang dewasa memiliki kemampuan berpikir seperti yang diharapkan orang dewasa secara ideal, yaitu diantaranya mampu berpikir abstrak logis, obyektif, kritis, sistimatis analitis, sintesis, integratif,dan inovatif. Apa arti hal-hal itu sebenarnya, akan dapat kita temukan dalam bab mengenai pendidikan sekolah. Tujuan latihan ialah untuk memperoleh keterampilan tentang sesuatu. Keterampilan adalah sesuatu perbuatan yang berlangsung secara mekanis, yang mempermudah kehidupan sehari-hari dan dapat pula membantu proses belajar seperti kemampuan berhitung, membaca, mempergunakan bahasa, dsb. Baik keterampilan maupun kemampuan berpikir akan membantu proses pendidikan, yang menyangkut pembangunan seluruh kepribadian seseorang. Jika kita perhatiankan, kita temukan gejala mendidikan dalam pergaulan antara orang dewasa dengan anak (yang belum dewasa). Tetapi tidak setiap pergaulan antara orang dewasa dan anak mengandung arti mendidik, seperti misalnya bila seorang yang sedang berusaha supaya dagangannya (kueh) laku dibeli oleh anak sekolah. Bahkan pergaulan antara orang dewasa dan anak kadang-kadang tidak membawa anak ketingkatan yang lebih tinggi, misalnya bila ada seorang dewasa memcoba menjualan gambar-gambar porno kepada anak-anak. Pendidikan (pedagogik) hanya ditujukan terhadap anak ang belum dewasa oleh orang yang telah mencapai kedewasaan dengan tujuan yang positif dan konstruktif, ialah supaya anak itu mencapai kedewasaan. Jika tujuannya negatif dan tidak konstruksitif sehingga destruktif (destruktif = merusakkan), hal itu tidak dapat kita sebutkan pendidikan (pedagogi), namun disebut “demagogi”.

Dalam pergaulan antara orang dewasa dan anak yang bertujuan mendewasakan anak, kita temukan bahwa pergaulan tersebut mempunyai pengaruh tertentu terhadap anak, walaupun tidak setiap pergaulan antara orang dewasa dan anak mempunyai pengaruh. Istilah pendidikan dipergunakan khusus terhadap pergaulan yang berpengaruh positif terhadap anak oleh orang dewasa, sehingga pendidikan akan berakhir bila anak didik telah mencapai kedewasaannya. Tujuan pendidikan untuk mencapai kedewasaan, oleh Hoogvled diartikan “secara mandiri dapat melaksanakan tugas hidupnya”. Oleh Langeveld, kedewasaan diartikan “kemampuan menentukan dirinya sendiri secara mandiri atas tanggung jawab sendiri. Anak hidup dalam berbagai situasi yang mengandung segala kemungkinan, karena ia selalu memperoleh pengaruh oleh berbagai faktor, bukan saja dirumah, disekolah, melainkan juga dalam masyarakat secara luas serta karena pengaruh alam sekelilingnnya. Majalah, harian dan buku-buku dibaca anak, film yang dilihatnya. Kawan-kawan sepermainan, sawah, ladang atau laut yang mengelilinginya, semuanya berpengaruh terhadap perkembangannya. Tetapi segala pengaruh tersebut walaupun bersifat positif dan konstruktif, tak dapat disebut pendidikan. Bila ada pendapat, bahwa segala pengaruh positif disebut pendidikan, pendapat itu dapat disebut “panpedagogisme”. Pendidikan dalam arti ilmu mendidik, hanya kita batasi pada pengaruh yang dengan sengaja diusahakan oleh orang dewasa terhadap anak yang belum dewasa, sedangkan pengaruh itu harus bersifat positif dan konstruktif. Sebagai kesimpulan dapat dipertegas apa arti mendidik. Mendidik ialah membimbing anak yang belum dewasa supaya anak mencapai kedewasaannya. Bimbingan itu dilaksanakan oleh orang yang telah dewasa.

http://konsultasi.rezaervani.com info agenda dan acara
http://seminar.rezaervani.com koleksi artikel dan materi pengayaan
http://artikel.rezaervani.com download center
http://download.rezaervani.com
www.rezaervani.com bergabung di komunitas kita
http://groups.yahoo.com/group/rezaervani

Tidak ada komentar:

Posting Komentar