Facebook

Senin, 06 September 2010

Makalah Pendidikan Profetik

KATA PENGANTAR
Puji syukur kami ucapkan atas kehadirat Allah SWT, karena dengan rahmat dan karunia-Nya kami masih diberi kesempatan untuk menyelesaikan makalah ini. Tidak lupa kami ucapkan terima kasih kepada dosen yang telah memberikan tugas ini dan teman-teman yang telah memberikan dukungan dalam menyelesaikan makalah ini.
Penulis menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini masih banyak kekurangan, oleh sebab itu penulis sangatlah mengharapkan kritik maupun saran agar dalam pembuatan makalah-makalah selanjutnya dapat lebih baik. Dan semoga dengan makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca.
DAFTAR ISI

Kata Pengantar 1
Daftar Isi 2
BAB I Pendahuluan
1. Latar Belakang 4
2. Rumusan Masalah 4
BAB II Pembahasan
A. Sasaran 5
B. Tujuan 5
C. Metode 5
D. Tantangan 6
BAB III Penutup
Kesimpulan 7









BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Keaksaraan fungsional adalah salah satu satu program dari Pendidikan Non Formal / Pendidikan Luar Sekolah yang berfungsi untuk memberantas tuna aksara (buta huruf). Keaksaran fungsional tidak hanya untuk mengajari individu untuk dapat membaca namun juga mengajarkan tentang cara untuk bertahan hidup yang lebih baik. Di era globalisasi ini apabila seseorang buta aksara maka akan dimanfaatkan oleh orang lain untuk kepentingan orang lain tersebut, dan akan merugikan. Meskipun program ini adalah program untuk mensejahterakan pesrta didik tersebut. Namun tidak semua orang mau untuk mengikuti program ini karena dianggap program ini tidak perlu dan tidak menghasilkan uang, mereka memilih untuk bekerja dan tidak mau belajar, karena sebagian orang berpikiran bahwa tanpa belajarpun meraka sudah bisa untuk mendapatkan uang. Pemikiran tersebut sebenarnya benar namun apabila ia mau belajar atau berpikir labih jauh, apabila mereka mengikuti program keaksaraan fungsional ini maka mereka bias mendapatkan penghasilan atau uang yang lebih banyak dari yang sebelumnya.
Jadi program keaksaraan ini sangatlah penting bagi kemajuan masyarakat maupun Negara. Oleh karena itu kami mencoba untuk mencari metode-metode agar semua masyarakat yang tuna aksara mau atau bisa mengikuti dan mempraktekkannya dalm -kehidupan sehari-hari sehingga dapat mencapai masyarakat yang makmur.

B. Rumusan Masalah
a. Bagaimana cara untuk membuat masyarakat tuna aksara agar mau mengikuti program keaksaraan fungsional dan dapat menguasainya.

BAB II
PEMBAHASAN


A. Sasaran
a. Orang dewasa sekitar yang buta aksara / tuna aksara.
b. Ramaja sekitar yang buta aksara / tuna aksara yang kurang mampu untuk bersekolah.
c. Orang usia lanjut yang buta aksara / tuna aksara dan masih memiliki keinginan untuk belajar atau hidup yang lebih baik.

B. Tujuan
Untuk dapat mencapai masyarakat yang makmur kita harus memberantas tuna aksara. Tidak mungkin suatu masyarakat dapat menjadi makmur jika tuna aksara masih banyak karena keaksaraan merupakan dasar dari pendidikan. Tidak ada masyarakat makmur jika masyarakat tersebut tidak memiliki pendidikan. Jadi tuna aksara harus diberantas untuk mencapai masyarakat yang lebih baik / maju dan makmur.

C. Metode
Metode adalah factor penting yang mempengaruhi peserta didik nantinya. Metode menurut Andika Bagus A.S:
Pertama dengan mensosialisasikan bahwa program ini sangatlah penting bagi kehidupan sekarang ini, dan dapat menjadikan hidup lebih baik dari kehidupan sebelumnya. Kemudian pengajarannyapun tidak menggunakan ruang kelas, karena jika menggunakan ruang kelas apabila telalu lama akan menjadikan seseorang jenuh dan tidak akan mau untuk mengikutinya lagi, karena jika seseorang sudah jenuh maka dia tidak akan berkonsentrasi jadi yang kita ajarkan mungkin akan sisa-sia. Oleh karena itu letak perlu disesuaikan dengan minat masyarakat. Misalnya jika masyarakat tersebut kebanyakan bertani namun masyarakat tersebut lebih suka tempat belajar yang di pantai sambil refreshing karena mereka telah jenuh melihat sawah maka kita harus menyediakan tempat seperti yang diinginkan. Namun tempat tersebutpun kita harus selektif apakah tempat tersebut baik untuk kegiatan mengajar kita maupun untuk refreshing. Kemudian jika kita telah menemukan tempat yang tepat maka kita harus menggunakan metode pembelajaran yang tepat. Seseorang cenderung tidak akan mau belajar secara langsung jadi kita harus memodifikasi metode pembelajarannya misalnya seperti kuis atau game yang berkaitan dengan pembelajaran atau kurikulum digandengkan dengan sesuatu yang bersifat refreshing contohnya apabila kita sedang berjalan dipantai kemudian ada pohon kelapa maka kita beri semacam kuis yang akan diperebutkan orang banyak. Misalnya kuisnya seperti : “huruf apakah yang pertama dalam tumbuhan tersebut?” semua orang tahu bahwa itu pohon kelapa namun tidak semua mengetahui bagaimana bentuk tulisannya, pada saat itulah kita menerangkannya. Dengan begitu seseorang akan selalu mengingatnya karena mereka senang dan langsung pada objek atau kenyataan(praktek).

D. Tantangan
a. Membutuhkan ketelatenan karena mulai remaja seseorang akan lebih sulit untuk diatur maupun memahami suatu pelajaran.
b. Membutuhkan kecermatan untuk mencari sesuatu yang dirasa menarik untuk di pelajari oleh peserta didik baik usia remaja sampai usia lanjut.
c. Membutuhkan kemampuan berkomunikasi maksudnya adalah jika seseorang tidak mempunyai kemampuan berkomunikasi yang baik maka peserta didik akan malas atau tidak mau mendengarkan. Namun mereka akan bertindak sesuai dengan kemauan mereka sendiri.



BAB III
PENUTUP


Kesimpulan
• Dalam menjalankan program Keaksaraan Fungsional kita harus meyakinkan calon peserta didik.
• Karena kebanyakan peserta didik dalam program ini adalah orang dewasa maka tidak semua orang dapat menjalankan program ini.
• Seseorang akan dapat lebih memahami dan akan sulit dilupakan jika mereka praktek langsung.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar