Facebook

Minggu, 07 April 2013

Teori Medan Kurt Lewin

KURT LEWIN ( KURT LEWIN (Teori Medan (Field Theory)

Kurt Lewin lahir pada tanggal 9 September 1890 disuatu desa kecil di Prusia, daerah dosen. Ia adalah anak kedua dari empat bersaudara, Lewin menyelesaikan sekolah menengahnya di Berlin tahun 1905 kemudian ia masuk Universitas di Freiburg dengan maksud belajar ilmu kedokteran, tetapi ia segera melepaskan idenya ini dan setelah satu semester belajar psikologi pada universitas di sana.

Lewin menghabiskan sisa sisa hidupnya di Amerika Serikat. Ia adalah profesor dalam bidang psikologi anak-anak pada Universitas Cornell selama dua tahun (1933-1935) sebelum dipanggil ke Universitas negeri Iowa sebagai profesor psikologi pada Badan Kesejahteraan Anak. Pada tahun 1945, Lewin menerima pengangkatan sebagai profesor dan direktur Pusat Penelitian untuk dinamika kelompok di Institut Teknologi Massachussetts. Pada waktu yang sama, ia menjadi direktur dari Commission of Community Interrelation of The Amerika Jewish Congress, yang aktif melakukan penelitian tentang masalah masalah kemasyarakatan. Ia meninggal secara mendadak karena serangan jantung di Newton Ville, Massachussetts, pada tanggal 9 Februari 1947 pada usia 56 tahun.

Konsep Utama Teori Lewin
Bagi Lewin, teori medan bukan suatu sistem psikologi baru yang terbatas pada suatu isi yang khas: teori medan merupakan sekumpulan konsep dengan dimana seseorang dapat menggambarkan kenyataan psikologis. Konsep konsep ini harus cukup luas untuk dapat diterapkan dalam semua bentuk tingkah laku, dan sekaligus juga cukup spesifik untuk menggambarkan orang tertentu dalam suatu situasi konkret. Lewin juga menggolongkan teori medan sebagai “suatu metode untuk menganalisis hubungan hubungan kausal dan untuk membangun konstruk-konstruk ilmiah”
Ciri ciri utama dari teori Lewin, yaitu :
Tingkah laku adalah suatu fungsi dari medan yang ada pada waktu tingkah laku itu terjadi
Analisis mulai dengan situasi sebagai keseluruhan dari mana bagian bagian komponennya dipisahkan
Orang yang kongkret dalam situasi yang kongkret dapat digambarkan secara matematis.
Konsep konsep teori medan telah diterapkan Lewin dalam berbagai gejala psikologis dan sosiologis, termasuk tingkah laku bayi dan anak anak , masa adolsen , keterbelakangan mental, masalah masalah kelompok minoritas, perbedaan perbedan karakter nasional dan dinamika kelompok.
Dibawah ini kita akan membahas Teori Lewin tentang struktur, dinamika dan perkembangan kepribadian yang dikaitkan dengan lingkungan psikologis, karena orang orang dan lingkungannya merupakan bagiab bagian ruang kehidupan (life space) yang saling tergantung satu sama lain. Life space digunakan Lewin sebagai istilah untuk keseluruhan medan psikologis.
Struktur Kepribadian

Menurut Lewin sebaiknya menggambarkan pribadi itu dengan menggunakan definisi konsep-konsep struktural secara spasial. Dengan cara ini , Lewin berusaha mematematisasikan konsep-konsepnya sejak dari permulaan. Matematika Lewin bersifat non-motris dan menggambarkan hubungan-hubungan spasial dengan istilah-istilah yang berbeda. Pada dasarnya matematika Lewin merupakan jenis matematika untuk menggambarkan interkoneksi dan interkomunikasi antara bidang bidang spasial dengan tidak memperhatikan ukuran dan bentuknya.
Pemisahan pribadi dari yang lain-lainnya di dunia dilakukan dengan menggambarkan suatu figur yang tertutup. Batas dari figur menggambarkan batas batas dari entitas yang dikenal sebagai pribadi. Segala sesuatu yang terdapat dalam batas itu adalah P (pribadi): sedangkan segala sesuatu yang terdapat di luar batas itu adalah non-P.
          Selanjutnya untuk melukiskan kenyataan psikologis ialah menggambar suatu figur tertutup lain yang lebih besar dari pribadi dan yang melingkupnya. Bentuk dan ukuran figur yang melingkupi ini tidak penting asalkan ia memenuhi dia syarat yakni lebih besar dari pribadi dan melingkupimya. Figur yang baru ini tidak boleh memotong bagian dari batas lingkaran yang menggambarkan pribadi.
Lingkaran dalam elips ini bukan sekedar suatu ilustrasi atau alat peraga, melainkan sungguh-sungguh merupakan suatu penggambaran yang tepat tentang konsep-konsep struktural yang paling umum dalam teori Lewin, yakni pribadi, lingkungan psikologis dan ruang hidup.

Ruang Hidup
Ruang hidup mengandung semua kemungkinan fakta yang dapat menentukan tingkah laku individu. Ruang hidup meliputi segala sesuatu yang harus diketahui untuk memahami tingkah laku kongkret manusia individual dalam suatu lingkungan psikologis tertentu pada saat tertentu. Tingkah laku adalah fungsi dari ruang hidup.

Secara matematis : TL = f( RH)

Fakta fakta non psikologis dapat dan sungguh sungguh mengubah fakta fakta psikologis. Fakta fakta dalam lingkungan psikologis dapat juga menghasilkan perubahan perubahan dalam dunia fisik. Ada komunikasi dua arah antara ruang hidup dan dunia luar bersifat dapat ditembus (permeability), tetapi dunia fisik (luar) tidak dapat berhubungan langsung dengan pribadi karena suatu fakta harus ada dalam lingkungan psikologis sebelum mempengaruhi/dipengaruhi oleh pribadi.

Lingkungan Psikologis
Meskipun pribadi dikelilingi oleh lingkungan psikologisnya, namun ia bukanlah bagian atau termasuk dalam lingkungan tersebut. Lingkungan Psikologis berhenti pada batas pinggir elips, Tetapi batas antara pribadi dan lingkungan juga bersifat dapat ditembus. Hal ini berarti fakta fakta lingkungan dapat mempengaruhi pribadi.
Secara matematis : P = f (LP)
Dan fakta fakta pribadi dapat mempengaruhi lingkungan.
Secara matematis : LP = f (LP)
Pribadi
Menurut Lewin, pribadi adalah heterogen, terbagi menjadi bagian bagian yang terpisah meskipun saling berhubungan dan saling bergantung. Daerah dalam personal dibagi menjadi sel sel. Sel sel yang berdekatan dengan daerah konseptual motor disebut sel sel periferal ;p; sel sel dalam pusat lingkaran disebut sel sel sentral,s.
          Sistem motor bertidak sebagai suatu kesatuan karena biasanya lahannya dapat melakukan suatu tindakan pada satu saat. Begitu pula dengan sistem perseptual artinya orang hanya dapat memperhatikan dan mempersepsikan satu hal pada satu saat. Bagian bagian tersebut mengadakan komunikasi dan interdependen; tidak bisa berdiri sendiri.

Dinamika Kepribadian
Konsep-konsep dinamika pokok dari Lewin yakni kebutuhan energi psikis, tegangan , kekuatan atau vektor dan valensi. Konstruk konstruk dinamik ini menentukan lokomosi khusus dari individu dan cara ia mengatur struktur lingkungannya, Lokomosi dan perubahan perunahan struktur berfungsi mereduksikan tegangan dengan cara memuaskan kebutuhan. Suatu tegangan dapat direduksikan dan keseimbanagan dipulihkan oleh suatu lokomosi substitusi. Proses ini menuntut bahwa dua kebutuhan erat bergantungan satu sama lain sehingga pemiasan salah satu kebutuhan adalah melepaskan tegangan dari sistem kebutuhan lainnya.
Akhirnya, tegangan dapat direduksikan dengan lokomosi lokomosi murni khayalan. Seseorang yang berkhayal bahwa ia telah melakukan suatu perbuatan yang sulit atau menempati suatu jabatan yang tinggi mendapat semacam kepuasan semu dari sekedar berkhayal tentang keberhasilan.
Dinamika kepribadian menrut Kurt Lewin:

Enerji
Menurut Lewin manusia adalah system energi yang kompleks. Energi muncul dari perbedaan tegangan antar sel atau antar region. Tetapi ketidakseimbangan dalam tegangan juga bias terjadi antar region di system lingkungan psikologis.

Tegangan
Tegangan ada dua yaitu tegangan yang cenderung menjadi seimbang dan cenderung untuk menekan bondaris system yang mewadahinya.

Kebutuhan
Menurut Lewin kebutuhan itu mencakup pengertian motif, keinginan dan dorongan. Menurut Lewin kebutuhan ada yang bersifat spesifik yang jumlahnya tak terhingga, sebanyak keinginan spesifik manusia.

Tindakan (Action)
Disini dibutuhkan dua konsep dalam tindakan yang bertujuan didaerah lingkungan psikologis.

Valensi
Adalah nilai region dari lingkungan psikologis bagi pribadi. Region dengan valensi positif dapat mengurangi tegangan pribadi, akantetapi region dengan valensi negative dapat meningkatkan tegangan pribadi (rasa takut).

Vektor
Tingkah laku atau gerak seseorang akan terjadi kalau ada kekuatan yang cukup yang mendorongnya. Meminjam dari matematika dan fisika, Lewin menyebut kekuatan itu dengan nama Vektor. Vektor digambar dalam ujud panah, merupakan kekuatan psikologis yang mengenai seseorang, cenderung membuatnya bergerak ke arah tertentu. Arah dan kekuatan vektor adalah fungsi dari valensi positif dan negatif dari satu atau lebih region dalam lingkungan psikologis. Jadi kalau satu region mempunyai valensi positif (misalnya berisi makanan yang diinginkan), vektor yang mengarahkan ke region itu mengenai lingkaran pribadi. Kalau region yang kedua valensinya negatif (berisi anjing yang menakutkan), vektor lain yang mengenai lingkaran pribadi mendorong menjauhi region anjing. Jika beberapa vektor positif mengenai dia, misalnya, jika orang payah – dan lapar – dan makanan harus disiapkan, atau orang harus hadir dalam pertemuan penting – dan tidak punya waktu untuk makan siang, hasil gerakannya merupakan jumlah dari semua vektor. Situasi itu Bering melibatkan konflik, topik yang penelitiannya dimulai oleh Lewin dan menjadi topik yang sangat Iuas dari Miller dan Dollard.

Lokomosi
Lingkaran pribadi dapat pindah dari satu tempat ketempat lain di dalam daerah lingkungan psikologis. Pribadi pindah ke region yang menyediakan pemuasan kebutuhan pribadi-dalam, atau menjauhi region yang menimbulkan tegangan pribadi-dalam. Perpindahan lingkaran pribadi itu disebut lokomosi (locomotion). Lokomosi bisa berupa gerak fisik, atau perubahan fokus perhatian. Dalam kenyataan sebagian besar lokomosi yang sangat menarik perhatian psikolog berhubungan dengan perubahan fokus persepsi dan proses atensi.

Event
Lewin menggambarkan dinamika jiwa dalam bentuk gerakan atau aksi di daerah ruang hidup, dalam bentuk peristiwa atau event. Telah dijelaskan di depan, bahwa peristiwa (event) adalah hasil interaksi antara dua atau Iebih fakta balk di daerah pribadi maupun di daerah lingkungan. Komunikasi (hubungan antar sel atau region) dan lokomosi (gerak pribadi) adalah peristiwa, karena keduanya melibatkan dua fakta atau lebih. Ada tiga prinsip yang menjadi prasyarat terjadinya suatu peristiwa; keterhubungan (related¬ness), kenyataan (concretness), kekinian (contemporary), sebagai berikut:
Keterhubungan: Dua atau lebih fakta berinteraksi, kalau antar fakta itu terdapat hubungan-hubungan tertentu, mulai dari hubungan sebab akibat yang jelas, sampai hubungan persamaan atau perbedaan yang secara rasional tidak penting.
Kenyataan: Fakta harus nyata-nyata ada dalam ruang hidup. Fakta potensial atau peluang yang tidak sedang eksis tidak dapat mempengaruhi event masa kini. Fakta di luar lingkungan psikologis tidak berpengaruh, kecuali mereka masuk ke ruang hidup.
Kekinian: Fakta harus kontemporer. Hanya fakta masa kini yang menghasilkan tingkahlaku masa kini. Fakta yang sudah tidak eksis tidak dapat menciptakan event masa kini. Fakta peristiwa nyata di masa lalu atau peristiwa potensial masa mendatang tidak dapat menentukan tingkahlaku saat ini, tetapi sikap, perasaan, dan fikiran mengenai masa Ialu dan masa mendatang adalah bagian dari ruang hidup sekarang dar mungkin dapat mempengaruhi tingkahlaku. Jadi, ruang hidup sekarang harus mewakili isi psikologi masa lalu, sekarang, dan masa mendatang.

Konflik
Konflik terjadi di daerah lingkungan psikologis. Lewin mendefinisikar konflik sebagai situasi di mana seseorang menerima kekuatan-kekuatan yang sama besar tetapi arahnya berlawanan. Vektor-vektor yang mengenai pribadi, mendorong pribadi ke arah tetentu dengan kekuatan tertentu. Kombinasi dari arah dan kekuatan itu disebut jumlah kekuatan (resultant force), yang menjadi kecenderungan lokomosi pribadi (lokomosi psikologikal atau fisikal). Ada beberapa jenis kekuatan, yang bertindak seperti vektor, yakni:
Kekuatan pendorong (driving force): menggerakkan, memicu terjadinya lokomosi ke arah yang ditunjuk oleh kekuatan itu.
Kekuatan penghambat (restraining force): halangan fisik atau sosia menahan terjadinya lokomosi, mempengaruhi dampak dari kekuatan pendorong
Kekuatan kebutuhan pribadi (forces corresponding to a persons needs): menggambarkan keinginan pribadi untuk mengerjakan sesuatu.
Kekuatan pengaruh (induced force): menggambarkan keinginan dari orang lain (misalnya orang tua atau teman) yang masuk menjadi region lingkungan psikologis.
Kekuatan non manusia (impersonal force): bukan keinginan pribadi tetapi juga bu kan keinginan orang lain. Ini adalah kekuatan atau tuntutan dan fakta atau objek.

    Konflik tipe 1:

Konflik yang sederhana terjadi kalau hanya ada dua kekuatan berlawanan yang mengenai individu. Konflik semacam ini disebut konflik tipe 1 (Maaf untuk gambar mohon cari sendiri). Ada tiga macam konflik tipe 1:
Konflik mendekat-mendekat, dua kekuatan mendorong ke arah yang berlawanan, misalnya orang dihadapkan pada dua pilihan yang sama¬sama disenanginya.
Konflik menjauh-menjauh, dua kekuatan menghambat ke arah yang yang berlawanan, misalnya orang dihadapkan pada dua pilihan yang sama-sama tidak disenanginya.
Konflik mendekat-menjauh, dua kekuatan mendorong dan menghambat muncul dari satu tujuan, misalnya orang dihadapkan pada pilihan sekaligus mengandung unsur yang disenangi dan tidak disenanginya.

    Konflik tipe 2:

Konflik yang kompleks bisa melibatkan lebih dari dua kekuatan. Konflik yang sangat kompleks dapat membuat orang menjadi diam, terpaku atau terperangkap oleh berbagai kekuatan dan kepentingan sehingga dia tidak dapat menentukan pilihan, adalah konflik tipe 2.

    Konflik tipe 3

Orang berusaha mengatasi kekuatan-kekuatan penghambat, sehingga konflik menjadi terbuka,ditandai sikap kemarahan,agresi,pemberontakan atau sebaliknya penyerahan diri yang neorotik. Pertentangan antar kebutuhan pribadi-dalam, konflik antar pengaruh,dan pertentangan antar kebutuhan dengan pengaruh,menimbulkan pelampiasan usaha untuk mengalahkan kekuatan penghambat.

Tingkat Realita
Konsep realita menurut Lewin adalah realita berisi lokomosi aktual,dan tak-tak realita berisi lokomosi imajinasi. Realita dan tak realita adalah suatu kontinum dari ekstrim realita sampai ekstrim tak realita. Lokomosi mempunyai tingkat realita dan tak realita berbeda-beda.
Menstuktur Lingkungan
Lingkungan psikologi adalah konsep yang sangat mudah berubah. Dinamika dari lingkungan dapat berubah dengan 3 cara yakni:
Perubahan valensi : Region bisa berubah secara kuantitatif-valensinya semakin positif atau semakin negatif,atau berubah secara kualitatif dari positif menjadi negatif atau sebaliknya region baru bisa muncul dan region lama bisa hilang.
Perubahan vektor : Vektor mungkin dapat berubah dalam kekuatan dan arahnya.
Perubahan Bondaris : Bondaris mungkin menjadi semakin permeabel atau semakin tidak permeabel,mungkin muncul sebagai bondaris atau tidak muncul sebagai bondaris.
Mempertahankan Keseimbangan
Dalam sistem reduksi tegangan,tujuan dari proses psikologis adalah mempertahankan pribadi dalam keadaan seimbang. Yang paling umum dan paling efektif untuk mengembalikan keseimbangan adalah melalui lokomosi dalam lingkungan psikologis,memindah pribadi ke region tempat objek yang bervalensi positif(yang memberi kepuasan). Tapi kalau region yang diinginkan mempunyai bondaris yang tak permeabel tegangan terkadang dapat dikurangi(dan keseimbangan dapat diperoleh)dengan melakukan lokomosi pengganti,pindah ke region yang dapat memberi kepuasan lain(yang bondarisnya permeabel) ternyata dapat menghilangkan tegangan dari system kebutuhan semula.
Kecenderungan mencapai keseimbangan itu tidak berarti membuat diri seimbang sempurna,tetapi menyeimbangkan semua tegangan dalam daerah pribadi-dalam. Lewin menjelaskan bahwa dalam sistem yang kompleks menjadi seimbang bukan berarti hilangnya tegangan,tetapi mempeoleh keseimbangan dari tegangan internal. Tujuan utama dari perkembangan psikologis adalah menciptakan semacam struktur internal yang menjamin keseimbangan psikologis bukan membuat bebas tegangan.


Perkembangan Kepribadian
Menurut Lewin hakekat Perkembangan Kepribadian itu adalah :

Diferensiasi
Yaitu semakin bertambah usia, maka region region dalam pribadi seseorang dalam LP-nya akan semakin bertambah. Begitu pula dengan kecakapan kecakapan/ keterampilan keterampilannya.
Contoh : orang dewasa lebih pandai menyembunyikan isi hatinya daripada anak-anak (region anak lebih mudah ditembus).
Perubahan dalam variasi tingkah lakunya
Perubahan dalam organisasi dan struktur tingkah lakunya lebih kompleks.
Bertambah luas arena aktivitas
contoh: Anak kecil terikat oleh masa kini sedangkan orang dewasa terikat oleh masa kini, masa lampau dan masa depan.
Perubahan dalam realitas. Dapat membedakan yang khayal dan yang nyata, pola berpikir meningkat, contohnya dari pola berpikir assosiasi menjadi pola berpikir abstrak.
Ba8. Tokoh - Tokoh Psikologi


Pandangan dasar Psikologi Gestalt menyatakan bahwa gejala Psikologi terjadi pada suatu medan/lapangan (field) yang merupakan suatu sistem yang saling tergantung (interdependent) yang meliputi persepsi dan pengalaman masa lampau. Dalam hal ini unsur-unsur individu dari medan (field) tidak dapat dipahami tanpa mengetahui medan tersebut sebagai suatu keseluruhan.

Latar Belakang Psikodinamika
Teori lapangan (Field Theory) atau dinamakan juga Teori Psikodinamika, sering dikira orang hanya dikemukakan oleh Kurt Lewin saja. Hal ini tidak benar, karena selain Lewin ada tokoh-tokoh lain yang juga mengemukakan Teori Lapangan seperti Tolman (1932), Wheeler (1940), Lashley (1929) dan Brunswik (1949). Kelebihan Kurt Lewin atas tokoh-tokoh lainnya adalah bahwa Lewinlah yang paling jauh mengembangkan teori Lapangan ini sehingga ia dikenal sebagai tokoh yang paling terkemuka. Teori Lapangan Kurt Lewin sangat dipengaruhi oleh aliran Psikologi Gestalt.Oleh karena itu tidak mengherankan jika teori lapangan dari Kurt Lewin juga sangat mengutamakan keseluruhan daripada elemen atau bagian dalam studinya tentang jiwa manusia.

Salah satu ciri yang terpenting dari teori lapangan adalah bahwa teori ini menggunakan metode konstruktif.Metode konstruktif, atau disebut juga metode “genetik” adalah metode yang digunakan Lewin sebagai metode “klasifikasi”.Metode klasifikasi menurut Lewin mempunyai kelemahan karena hanya mengelompokkan obyek studi berdasarkan persamaan-persamaannya saja.
Sifat dinamis ini ada pada metode konstruktif yang mengklasifikasikan obyek-obyek studinya berdasarkan hubungan antara satu obyek dengan obyek lainnya. Ini adalah konsekuensi pertama dari penggunaan metode konstruktif dalam teori lapangan. Dengan “dinamis” dimaksudkan bahwa teori lapangan harus dapat mengungkapkan forces (daya, kekuatan) yang mendorong suatu tingkah laku.
Konsekuensi kedua dari metode konstruktif yang menjadi ciri teori lapangan adalah bahwa cara pendekatan yang digunakan dalam teori lapangan selalu harus psikologis. Semua konsep harus didefinisikan secara operasional. Akan tetapi, berbeda dari behaviorisme, definisi operasional dalam teori lapangan tidak obyektif melainkan subyektif.
Ketiga, analisis dalam teori lapangan harus berawal dari situasi sebagai keseluruhan, tidak dimulai dari elemen-elemen yang berdiri sendiri-sendiri. Dari awal yang menyeluruh itu barulah dapat dilakukan analisis terhadap masing-masing elemen atau bagian dari situasi secara khusus.
Keempat, tingkah laku harus dianalisis dalam “lapangan” di saat di mana tingkah laku terjadi. Cara pendekatannya tidak perlu historis, jadi tidak perlu menghubungkan dengan masa lalu seperti psikoanalisis, tetapi harus tetap sistematis.
Konsekuensi kelima adalah bahwa bahasa yang digunakan dalam teori lapangan harus eksak dan logis, jadi harus berupa bahasa matematik. Tetapi bahasa matematik tidak hanya kuantitatif. Bahasa matematik menurut Lewin bisa juga kualitatif. Dalam hubungan ini ia meminjam istilah-istilah dari geometri, khususnya tipologi (cabang geometri yang menganalisis posisi) untuk menerangkan peristiwa-peristiwa Psikologik.


Konsep – Konsep Dasar Teori Lapangan
Metode konstruktif memerlukan konstruk-konstruk yaitu pengertian yang mencakup serangkaian konsep. Dengan kata lain, konstruk adalah elemen dari teori lapangan, sedangkan konsep adalah elemen dari konstruk, konstruk yang terpenting dari teori lapangan tentunya adalah lapangan itu sendiri, yang dalam psikologinya diartikan sebagai lapangan kehidupan (life space)
Lapangan Kehidupan
Lapangan kehidupan dari seorang individu terdiri dari orang itu sendiri dan lingkungan kejiwaan (psikologi) yang ada padanya. Demikian pula lapangan kehidupan suatu kelompok adalah kelompok itu sendiri ditambah dengan lingkungan tempat kelompok itu berada pada suatu saat tertentu.
Jelaslah bahwa dalam konstruk yang paling dasar tentang lapangan kehidupan ini Lewin hanya memperhitungkan hal-hal yang ada bagi individu atau kelompok (subyek) belum tentu ada secara obyektif, sedangkan ada yang secara obyektif belum tentu ada secara subyektif. Disinilah tampak bahwa kurt Lewin lebih mementingkan deskripsi yang subyektif.
Ada atau tidak adanya sesuatu bagi subyek harus dibuktikan dengan ada atau tidak adanya pengaruh dari sesuatu itu terhadap subyek yang bersangkutan. Ibu, teman, dan kebutuhan adalah contoh hal-hal yang berpengaruh pada subyek. Oleh karena itu, hal-hal tersebut ada dalam lapangan kehidupan subyek yang bersangkutan. Sebaliknya, bencana alam di negara lain atau perubahan posisi dari bintang-bintang tertentu dilangit tidak berpengaruh pada subyek, sehingga tidak pada lapangan kehadapan subyek.
Ruang hidup (alwisol, 2004) merupakan gabungan antara daerah pribadi dan daerah lingkungan psikologis, yang secara matematis dapat dirumuskan dalam formula sebagai berikut:
Rh = ( P + E)
Keterangan:
Rh = Ruang Hidup
P = Daerah Pribadi
E = Daerah lingkungan psikologis
Tingkah laku dan Lokomosi
Tingkah laku menurut Lewin adalah lokomosi yang berarti perubahan atau gerakan pada lapangan kehidupan. Misalnya, seorang pegawai pergi dari kantornya (wilayah kerja) kerumah sakit (wilayah kesehatan) untuk memeriksakan diri ke dokter, maka pegawai itu melakukan lokomosi.Namun, kalau perpindahan itu terjadi pada waktu pegawai tersebut seorang pingsan di kantor dan di gotong ke rumah sakit, maka itu bukanlah lokomosi atau tingkah laku
Lokomosi dapat terjadi karena ada “ komunikasi” antara dua wilayah dalam lapangan kehidupan seseorang.Komunikasi antara 2 wilayah itu menimbulkan ketegangan pada salah satu wilayah dan ketegangan menimbulkan kebutuhan dan kebutuhan inilah yang menyebabkan tingkah laku.
Daya (Force) Daya ini didefinisikan sebagai suatu hal yang menyebabkan perubahan.
Perubahan dapat terjadi jika pada suatu wilayah ada valensi tertentu. Valensi dapat bersifat negative atau positif tergantung pada daya tarik atau daya tolak yang ada pada wilayah tersebut. Kalau suatu wilayah mempunyai valensi positif maka ia akan menarik daya-daya dari wilayah-wilayah lain untu bergerak menuju arahnya.Sebaliknya, jika valensi yang ada pada suatu wilayah negatif , maka daya-daya yang ada akan menghindar atau menjauhi wilayah.
Berbicara tentang daya, Kurt Lewin membagi-bagi daya dalam beberapa jenis:
Daya Mendorong
Daya yang Menghambat
Daya yang Berasal dari kebutuhan sendiri
Daya yang berasal dari orang lain
Daya yang impersonal
Ketegangan
Meredakan ketegangan tidak berarti bahwa ketegangan itu harus hilang sama sekali (dalam keadaan nol), melainkan ketegangan itu disebarkan secara merata dari satu wilayah ke wilayah lain dalam lapang kehidupan.
Faktor yang penting yang dapat menurunkan ketegangan adalah tembusan, yaitu sampai berapa jauh batas-batas suatu wilayah dapat ditembus oleh adanya dari wilayah-wilayah lain disekitarnya
Substitusi lebih dimungkinkan jika antara dua wilayah yang bersangkutan terdapat banyak persamaan. Selain itu, substitusi lebih mudah terjadi pada orang-orang dengan lapang kehidupan yang cukup berdiferensiasi, berkembang dan bercabang-cabang , asalkan batas-batas wilayah yang ada dalam lapang kehidupan yang bersangkutan masih cukup tertembus oleh daya-daya yang akan masuk.
Faktor lain yang juga berpengaruh adalah kejenuhan,kalau kebutuhan-kebutuhan yang mendasari daya itu sudah dipuaskan sampai jenuh, maka ketegangan itu akan berkurang dengan sendirinya
Penerapan Teori Lewin
Diatas telah diuraikan konsep-konsep dalam teori Lewin selanjutnya meninjau bagaimana penerapan teori-teori pada gejala kejiwaan yang kongkret. Dua contoh gejala kejiwaan akan dikemukakan dibawah ini, yaitu “konflik” dan “tingkah laku agresif”.

Konflik
Konflik adalah suatu keadaan dimana ada daya-daya saling bertentangan arah’ tetapi dalam kadar kekuatan yang kira-kira sama.
Ada tiga macam konflik yaitu:
a. Konflik mendekat-mendekat (approach-approach conflict) yaitu orang berada diantara dua valensi (nilai) positif yang sama kuat.
Contohnya: seorang artis harus memilih prfvesinya sebagai bintang sinotron atau melanjutkan pendidikannya sebagai mahasiwa kedokteran.
b. Konflik menjauh-menjauh (avoidance-avoidance conflict ) yaitu orang –berada diantara dua valensi negatif yang sama kuat.
Contohnya: seorang yang terjebak di gedung lantai 10 yang kebakaran. Ia harus memilih lewat tangga darurat dengan waktu yang cukup lama (tidak sempat sampai ke lantai satu) atau loncat dengan resiko akan mati.
c. Konflik mendekat-menjauh (approach-avoidance conflict) yaitu seseorang menghadapi valensi positif dan negatife pada jurusan yang sama.
Contoh: anak meminta dan sayang kepada orang tua karena orang tua memberi, tetapi anak juga membenci orang tua karena orang tua serba melarang.(Sarwono, 2002)

Tingkah laku Agresif
Dalam eksperimennya, Kurt Lewin, dkk ( Lewin, Lippit, White, 1939, dalam Sarwono, 2004) menemukan bahwa dalam kelompok anak laki-laki yang diberi tugas-tugas tertentu dibawah pimpinan seorang pemimpin yang demokratis tampak perilaku agresif yang sedang, sedangkan pemimpin yang otoriter tampak perilaku agresi yang tinggi atau malahan sangat rendah.
Dalam kelompok demokratis daya-daya berimbang antara yang mendorong dan menghambat agresivitas sehingga mencapai tingkat yang sedang. Dalam kelompok yang otoriter, tingkah laku agresif meningkat tinggi apabila perasaan kebersamaan berkurang/ mengendor. Atau sebaliknya ada daya penekan yang begitu besar yang menghambat daya dorong tingkah laku agresif sehingga agresif tidak muncul.

Teori-Teori Lapangan dalam Psikologi
Teori dari Kurt Lewin danggap lebih manusiawi sehingga banyak ahli psikologi sosial yang tertarik dan mengembangkan lebih lanjut teori dari Kurt Lewin. Berikut ini akan dijelaskan 4 teori lapangan yang diterapkan psikologi sosial, yaitu :
Teori tentang hubungan interpersonal (antarmanusia) dari Heider (1958)
Berbeda dengan Lewin yang menggunakan istilah-istilah khusus, Heider menggunakan istilah sehari-hari yang digunakan orang awam sehingga psikologi Heider disebut psikologi common sense (logika berfikir sehari-hari). Common sense merupakan hal yang mengatur tingkah laku orang terhadap orang lain dan juga banyak mengandung kebenaran.
Heider mengemukakan bahwa tingkah laku interpersonal dapat diuraikan kedalam 10 aspek yaitu:
Mengamati orang lain
Pengamatan terhadap orang sebenarnya tidak berbeda dari pengamatan terhadap objek-objek lainnya (seperti meja, mobil, pohon, dll). Orang yang diamati disini memiliki kemampuan emosi, kehendak, keinginan , yang tidak terdapat pada benda mati. Seseorang (P) yang mengamati orang lain (O) tahu bahwaO tersebut juga mengamati P kembali. Dalam pengalaman timbal balik tersebut, baik O maupun P menghadapi dua pengalaman, yaitu pengalaman fenomenal dan pengalaman kausal. Pengalaman fenomenal adalah segala sesuatu yang terjadi dalam hubungan orang dengan lingkungannya, sedangkan pengalaman kausal orang yang bersangkutan mencoba menganalisis faktor-faktor/ kondisi-kondisi yang mendasari pengalaman fenomenal.
Orang lain sebagai pengamat
Dalam pengamatan terhadap lingkungannya, termasuk terhadap orang lain (O), seseorang (P) menyadari bahwa O juga mengamati P. Pengetahuan ini berpengaruh terhadap P dalam berbagai hal, yaitu tindakan, harapan, dan sifat-sifatnya. Misalnya, kalau Nanha melihat Lina senang pada tindakannya, maka Nanha akan membuat tindakan itu lagi, tetapi kalau Lina tidak senang, Nanha akan menghindari tindakan tersebut.
Analisis yang naïf terhadap tindakan orang lain dalam menginterpretasikan perilaku orang lain dilakukan analisis secara sederhana (naïf) dan dalam sifat itu dicari sifat-sifat bawaan (dispotitional properties) dari orang yang sedang diamati tersebut. Sifat-sifat bawaan adalah faktor-faktor yang mendasari perilaku seorang yang tidak berubah-ubah (permanen) seperti intelegensi.
Kaulitas personal dan impersonal
Dalam kausalitas personal, seseorang (P) dengan sengaja menghasilkan objek lain (X) tujuan P pada X adalah tetap (equifinality) dan untuk mencapai tujuan itu, seseorang (P) mengubah-ubah tindakannya kalau ia menghadapi situasi yang berbeda-beda. Disini faktor yang penting adalah faktor motivasi.
Dalam kausalitas impersonal, seseorang (P) tidak dengan sengaja menghasilkan objek lain (X). X yang dihasilkan seseorang (P) bisa bermacam-macam (multifinality) tergantung pada situasi yang dihadapinya. Motivasi disini tidak berpengaruh karena daya lingkungan yang lebih menentukan.
Hasrat dan Kesenangan
Hasrat (desire) adalah sesuatu yang harus ada terlebih dahulu sebelum timbul percobaan (trying). Dengan kata lain, hasrat merupakan prakondisi dari percobaan, sedangkan kesenangan (pleasure) adalah pengalaman yang timbul akibat (setelah) percobaan.
Sentimen
Perasaan yang timbul dalam diri seseorang(P) kepada orang lain (O) atau benda-benda lain (X). Sentimen ada 2 macam yaitu positif dan negatif yang dinamai oleh Heider suka (like) dan tidak suka (dislike).Pengaruh dari dua jenis sentimen ini terhadap hubungan interpersonal adalah bahwa ia dapat menimbulkan atau menghambat pembentukan unit (Unit information) dan keadaan berimbang (balance stale)

Keharusan dan Nilai
Keharusan adalah hal-hal yang dituntut oleh lingkungan (Bukan untuk orang lain) untuk dilakukan seseorang (P). jadi, keharusan bersifat impersonal.Nilai juga bersifat impersonal.Nilai menurut Heider hanya menyangkut segi positif dari suatu hal.Jadi, kalau suatu hal dianggap bernilai oleh seseorang, maka seseorang menganggap hal tersebut positif.

Permintaan dan Perintah
Permintaan (request) dan perintah (Command) masing-masing didasarkan pada sentimen dan kekuasaan.permintaan dasarnya adalah sentimen positif. Sebaliknya perintah didasarkan pada kekuasaan seseorang terhadap orang lain

Keuntungan dan Kerugian
Keuntungan disini adalah apabila orang lain melakukan apa yang diminta atau diperintahkan seseorang.Sebaliknya, apabila orang lain tidak melakukan apa yang diminta seseorang maka akan merugikan seseorang tersebut.

Reaksi terhadap Pengalaman Orang Lain
Persepsi terhadap pengalaman orang lain menimbulkan reaksi oleh psikologi common sense disebut emosi. Emosi ada 2 yaitu concordant dan discordant. Emosi yang concordant dikatakan oleh Heider sebagai ungkapan perasaan simpati yang sejati (terkait dengan perasaan-perasaan orang lain).Emosi discordant kebalikan dari emosi concordant yaitu berupa isi hati dan kegembiraan yang jahil

Komentar Tentang Heider
Heider telah mengemukakan teori yang cukup berbobot khususnya yang menyangkut teori atributif (teori sifat) dan teori keseimbangan (balanced Theory).Sekalipun Heider berusaha menerangkan hubungan Interpersonal dengan teorinya tersebut, tetapi sebagian besar dari teorinya itu hanya menerangkan tentang persepsi.

Teori Lapangan tentang Kekuasaan dari Cartwright (1959)
Menurutnya definisi kekuasaan berbunyi dalam rangka mengubah X menjadi Y.pada waktu tertentu sama dengan kekuatan maksimum dari daya-daya yang dapat dihasilkan oleh A ke jurusan tersebut (X ke Y) pada waktu tersebut.
Kekuatan maksimum dari daya yang dapat dihasilkan A merupakan selisih antara seluruh daya yang ada pada A dikurangi dengan daya tolak yang datang dari B kearah yang berlawanan (dari Y menuju X). Istilah daya diambil dari perbendaharaan istilah Kurt Lewin, tetapi Cartwright memberi arti tersendiri pada istilah itu yang didasarkannya pada 7 istilah “primitive” yaitu:

Pelaku (agent)
Tindakan Pelaku (Act of Agent)
Lokus (locus)
Hubungan langsung (Direct Joining)
Dasar Motif (Motive Base)
Besaran (magnitude)
Waktu (Time)

Berdasarkan ke-7 istilah primitif tersebut Cartwright merumuskan daya terdiri dari tindakan pelaku, dasar motif, sepasang lokus yang berhubungan langsung besaran, dan waktu. Daya inilah yang membentuk kekuasaan.
Jelaslah bahwa kekuasaan A atas B terjadi, jika A dapat, menggerakkan daya dari lokus X ke lokus Y dalam lapang kehidupan B.
Kelebihan Cartwright:
Kurang jelas dalam mendefinisikan istilah-istilah primitif
Kurang jelas mendefinisikan arti “kekuasaan”
Kekurangan Cartwright:
Teorinya berhasil merangsang berkembangnya teori French (1956) yang mempelajari kekuasaan dalam system social


Teori Kekuasaan Sosial oleh French
Teori yang dikembangkan French terutama membahas proses pengaruh dalam kelompok.
Proses pengaruh mempengaruhi menurut French melibatkan 3 pola relasi dalam kelompok yaitu:
1. Hubungan kekuasaan antar anggota kelompok
2. Pola komunikasi dalam kelompok
3. Hubungan antar pendapat dalam kelompok
             Dengan demikian, walaupun namanya teori kekuasaan sosial namun teori French tidak secara eksplisit membicarakan kekuasaan sosial.
Model yang dikembangkan oleh French untuk menerangkan perubahan pendapat didasarkan pada teori Lewin tentang keseimbangan semu (quasi – stationery equilibrium). Digambarkan suatu garis pendapat yang dua dimensional daripada garis itulah terjadi pergeseran-pergeseran daya (force).Daya dapat dipaksakan dari A ke B disebut pengaruh sosial (social influence).Jumlah kekuatan dari daya-daya disebut kekuasaan (power). Jadi kekuasaan A atas B sebanding dengan kekuatan daya-daya yang ada yang dapat dipaksakan A kepada B dalam lapang kehidupan B. Selanjutnya French mendefinisikan kekuasaan dalam arti yang kurang lebih sama dengan definisi Cartwright.Rumusnya:
Kekuasaan (A atas B) = Daya A – Daya Perlawanan B


Teori Tentang Kerjasama dan Persaingan oleh Deutch (1949)
             Pusat perhatian teori ini adalah pengaruh dan kerjasama dan persaingan dalam kelompok kecil. Perbedaan kerjasama dan persaingan menurut Deutch terletak pada sifat wilayah-wilayah tujuan pada kedua situasi tersebut. Dalam situasi kerjasama, wilayah yang menjadi tujuan dari seorang anggota kelompok atau sub kelompok hanya dapat dimasuki oleh individu atau oleh sub-sub kelompok yang bersangkutan jika individu-individu lain atau sub kelompok lain juga bisa memasuki wilayah tujuan itu. Wilayah-wilayah tujuan dari anggota-anggota kelompok itu dikatakan sebagai saling menunjang. Dalam situasi persaingan, jika seseorang individu atau suatu sub kelompok sudah memasuki wilayah tujuan, maka individu-individu atau sub-sub kelompok yang lain tidak akan bisa mencapai wilayah tujuan mereka masing-masing.Hubungan antara wilayah-wilayah tujuan anggota-anggota kelompok dinamakan saling menghambat.
               Meskipun teori Deutsch memberikan konsep yang tajam dan jelas tentang situasi kerjasama dan persaingan sehingga dapat dijadikan dasar untuk penelitian, namun hipotesis yang diajukan hanya didasarkan pada suatu penelitian terhadap sebuah kelompok kecil yang sangat khusus sifatnya, yaitu kelompok yang terdiri dari 5 orang mahasiswa yang diminta untuk menyelesaikan tugas-tugas tertentu.

Kelebihan dan Kekurangan Teori Lapangan
*Kelebihan
Penelitian psikologi sosial dapat dilakukan dengan metode eksperimental dan dapat dilakukan dalam laboratorium.
*Kelemahan
Kurt Lewin tidak menyajikan teorinya secara sistematis.
Banyak konsep dan konstruk tidak didefinisikan secara jelas sehingga memberi arti yang kabur.
Teori ini terlalu bersibuk diri dengan aspek-aspek yang mendalam dari kepribadian sehingga agak mengabaikan tingkah laku motoris yang “overt” (nampak dari luar)
Penggunaan konsep-konsep topologi telah menyimpang dari arti sebenarnya (penyalahgunaan topologi).


Sejarah
Kurt Lewin lahir di Prusia tahun 1890. Belajar di Universitas Freiberg, Munich, Berlin dan mendapat gelar doctor di Universitas Berlin pada tahun 1914. Tahun 1926, Lewin diangkat menjadi Guru Besar dalam ilmu Filsafat dan Psikologi. Diusianya yang singkat, dia telah memulai suatu aliran baru dalam psikologi yang disebut Topological Psycology atau Field-Psychology. Aliran ini menegaskan bahwa, guna menyelediki tingkah laku manusia dengan sebaik-baiknya, haruslah diingat bahwa manusia itu hidup dalam suatu lapangan kekuatan-kekuatan fisis maupun psikisyang senantiasa berubah-ubah menurut situasi kehidupannya.
Kurt Lewin mengadakan penyelidikan-penyelidikan mengenai peranan “suasana kelompok” terhadap prestasi kerja dan efisiensi pekerjaan kelompok itu. Eksperiman yang terkenal dari Lewin yaitu lippit dan white (1939-1940) yang bertujuan untuk meneliti pengaruh atau peranan dari 3 macam pimpinan terhadap suasana dan cara kerja kelompok. Hasil eksperimennya diketahui bahwa cara dalm kepemimpinan ada 3, daiantaranya :
 Otoriter adalah pemimpin menentukan segala-galanya yang akan dibuat kelompok.
 Demokratis dimana kegiatan, tujuan umum, dan cara-cara kerja kelompok dimusyawarahkan bersama.
Laissez-Faire adalah pemimpin yang acuh tak acuh dan menyerahkan penentuan segala cara dan tujuan kegiatan serta cara-cara pelaksanaannya adalah kepada anggota kelompok itu sendiri.
Hasil-hasil eksperimen yang dilakukan menyatakan bahwa cara-cara kepemimpinan yang berlainan itu mempunyai pengaru-pengaruh yang berlainan pula terhadap suasana kerja kelompok, cara-cara bertingkah laku dan cara kerja kelompok dalam melaksanakan tugasnya masing-masing.
Dinamika Kepribadian
1. Enerji
Menurut Lewin manusia adalah system energi yang kompleks. Energi muncul dari perbedaan tegangan antar sel atau antar region. Tetapi ketidakseimbangan dalam tegangan juga bias terjadi antar region di system lingkungan psikologis.
2. Tegangan
Tegangan ada dua yaitu tegangan yang cenderung menjadi seimbang dan cenderung untuk menekan bondaris system yang mewadahinya.
3. Kebutuhan
Menurut Lewin kebutuhan itu mencakup pengertian motif, keinginan dan dorongan. Menurut Lewin kebutuhan ada yang bersifat spesifik yang jumlahnya tak terhingga, sebanyak keinginan spesifik manusia.
Tindakan (Action)
Disini dibutuhkan dua konsep dalam tindakan yang bertujuan didaerah lingkungan psikologis.
Valensi
Adalah nilai region dari lingkungan psikologis bagi pribadi. Region dengan valensi positif dapat mengurangi tegangan pribadi, akantetapi region dengan valensi negative dapat meningkatkan tegangan pribadi (rasa takut).
Vektor
Tingkah laku atau gerak seseorang akan terjadi kalau ada kekuatan yang cukup yang mendorongnya. Meminjam dari matematika dan fisika, Lewin menyebut kekuatan itu dengan nama Vektor. Vektor digambar dalam ujud panah, merupakan kekuatan psikologis yang mengenai seseorang, cenderung membuatnya bergerak ke arah tertentu. Arah dan kekuatan vektor adalah fungsi dari valensi positif dan negatif dari satu atau lebih region dalam lingkungan psikologis. Jadi kalau satu region mempunyai valensi positif (misalnya berisi makanan yang diinginkan), vektor yang mengarahkan ke region itu mengenai lingkaran pribadi. Kalau region yang kedua valensinya negatif (berisi anjing yang menakutkan), vektor lain yang mengenai lingkaran pribadi mendorong menjauhi region anjing. Jika beberapa vektor positif mengenai dia, misalnya, jika orang payah – dan lapar – dan makanan harus disiapkan, atau orang harus hadir dalam pertemuan penting – dan tidak punya waktu untuk makan siang, hasil gerakannya merupakan jumlah dari semua vektor. Situasi itu Bering melibatkan konflik, topik yang penelitiannya dimulai oleh Lewin dan menjadi topik yang sangat Iuas dari Miller dan Dollard.
Lokomosi
Lingkaran pribadi dapat pindah dari satu tempat ketempat lain di dalam daerah lingkungan psikologis. Pribadi pindah ke region yang menyediakan pemuasan kebutuhan pribadi-dalam, atau menjauhi region yang menimbulkan tegangan pribadi-dalam. Perpindahan lingkaran pribadi itu disebut lokomosi (locomotion). Lokomosi bisa berupa gerak fisik, atau perubahan fokus perhatian. Dalam kenyataan sebagian besar lokomosi yang sangat menarik perhatian psikolog berhubungan dengan perubahan fokus persepsi dan proses atensi.
Event
Lewin menggambarkan dinamika jiwa dalam bentuk gerakan atau aksi di daerah ruang hidup, dalam bentuk peristiwa atau event. Telah dijelaskan di depan, bahwa peristiwa (event) adalah hasil interaksi antara dua atau Iebih fakta balk di daerah pribadi maupun di daerah lingkungan. Komunikasi (hubungan antar sel atau region) dan lokomosi (gerak pribadi) adalah peristiwa, karena keduanya melibatkan dua fakta atau lebih. Ada tiga prinsip yang menjadi prasyarat terjadinya suatu peristiwa; keterhubungan (related¬ness), kenyataan (concretness), kekinian (contemporary), sebagai berikut:
1. Keterhubungan: Dua atau lebih fakta berinteraksi, kalau antar fakta itu terdapat hubungan-hubungan tertentu, mulai dari hubungan sebab akibat yang jelas, sampai hubungan persamaan atau perbedaan yang secara rasional tidak penting.
2. Kenyataan: Fakta harus nyata-nyata ada dalam ruang hidup. Fakta potensial atau peluang yang tidak sedang eksis tidak dapat mempengaruhi event masa kini. Fakta di luar lingkungan psikologis tidak berpengaruh, kecuali mereka masuk ke ruang hidup.
3. Kekinian: Fakta harus kontemporer. Hanya fakta masa kini yang menghasilkan tingkahlaku masa kini. Fakta yang sudah tidak eksis tidak dapat menciptakan event masa kini. Fakta peristiwa nyata di masa lalu atau peristiwa potensial masa mendatang tidak dapat menentukan tingkahlaku saat ini, tetapi sikap, perasaan, dan fikiran mengenai masa Ialu dan masa mendatang adalah bagian dari ruang hidup sekarang dar mungkin dapat mempengaruhi tingkahlaku. Jadi, ruang hidup sekarang harus mewakili isi psikologi masa lalu, sekarang, dan masa mendatang.
Event digambarkan dalam suau topografi yang melibatkan unsur-unsur ruang hidup, valensi, vektor, region, dan permeabilitas bondaris. Pada ilustrasi berikut (Gambar 14a, 14b, dan 14c) dicontohkan event seorang anak yang menginginkan permen yang dijual di sebuah toko. Hanya tergambar 3 vektor yang terlibat dalam event itu. Pada kasus yang sebenarnya, variabel yanc terlibat dalam suatu peristiwa bisa sangat banyak sehingga topografi menjad” ilustrasi yang sangat kompleks.
Gambar 14 a
Anak Menginginkan Permen yang Dijual di Toko
Gambar 14 b
Ayah Memberi Uang untuk Membeli Permen
Gambar 14c
Ayah Menolak Memberi Uang, Anak Meminjam Uang Temannya.
Konflik
Konflik terjadi di daerah lingkungan psikologis. Lewin mendefinisikar konflik sebagai situasi di mana seseorang menerima kekuatan-kekuatan yang sama besar tetapi arahnya berlawanan. Vektor-vektor yang mengenai pribadi, mendorong pribadi ke arah tetentu dengan kekuatan tertentu. Kombinasi dari arah dan kekuatan itu disebut jumlah kekuatan (resultant force), yang menjadi kecenderungan lokomosi pribadi (lokomosi psikologikal atau fisikal). Ada beberapa jenis kekuatan, yang bertindak seperti vektor, yakni:
1. Kekuatan pendorong (driving force): menggerakkan, memicu terjadinya lokomosi ke arah yang ditunjuk oleh kekuatan itu.
2. Kekuatan penghambat (restraining force): halangan fisik atau sosia menahan terjadinya lokomosi, mempengaruhi dampak dari kekuatan pendorong
3. Kekuatan kebutuhan pribadi (forces corresponding to a persons needs): menggambarkan keinginan pribadi untuk mengerjakan sesuatu.
4. Kekuatan pengaruh (induced force): menggambarkan keinginan dari orang lain (misalnya orang tua atau teman) yang masuk menjadi region lingkungan psikologis.
5. Kekuatan non manusia (impersonal force): bukan keinginan pribadi tetap¬juga bu kan keinginan orang lain. Ini adalah kekuatan atau tuntutan da¬fakta atau objek.

Konflik tipe 1:
Konflik yang sederhana terjadi kalau hanya ada dua kekuatan berlawana¬yang mengenai individu. Konflik semacam ini disebut konflik tipe 1 (Gambar-15a). Ada tiga macam konflik tipe 1:
1. Konflik mendekat-mendekat, dua kekuatan mendorong ke arah yang berlawanan, misalnya orang dihadapkan pada dua pilihan yang sama¬sama disenanginya.
2. Konflik menjauh-menjauh, dua kekuatan menghambat ke arah yang yang berlawanan, misalnya orang dihadapkan pada dua pilihan yang sama-sama tidak disenanginya.
3. Konflik mendekat-menjauh, dua kekuatan mendorong dan menghambat muncul dari satu tujuan, misalnya orang dihadapkan pada pilihan sekaligus mengandung unsur yang disenangi dan tidak disenanginya.

Konflik tipe 2:
Konflik yang kompleks bisa melibatkan lebih dari dua kekuatan. Konflik yang sangat kompleks dapat membuat orang menjadi diam, terpaku atau terperangkap oleh berbagai kekuatan dan kepentingan sehingga dia tidak dapat menentukan pilihan, adalah konflik tipe 2 (Gambar 15b).
Gambar 15 a
Konflik Tipe 1
Gambar 15 b
Konflik Tipe 2
Konflik tipe 3
Orang berusaha mengatasi kekuatan-kekuatan penghambat,sehingga konflik menjadi terbuka,ditandai sikap kemarahan,agresi,pemberontakan atau sebaliknya penyerahan diri yang neorotik. Pertentangan antar kebutuhan pribadi-dalam,konflik antar pengaruh,dan pertentangan antar kebutuhan dengan pengaruh,menimbulkan pelampiasan usaha untuk mengalahkan kekuatan penghambat.

Tingkat Realita
Konsep realita menurut Lewin adalah realita berisi lokomosi aktual,dan tak-tak realita berisi lokomosi imajinasi. Realita dan tak realita adalah suatu kontinum dari ekstrim realita sampai ekstrim tak realita. Lokomosi mempunyai tingkat realita dan tak realita berbeda-beda.

Menstuktur Lingkungan
Lingkungan psikologi adalah konsep yang sangat mudah berubah. Dinamika dari lingkungan dapat berubah dengan 3 cara yakni:
Perubahan valensi : Region bisa berubah secara kuantitatif-valensinya semakin positif atau semakin negatif,atau berubah secara kualitatif dari positif menjadi negatif atau sebaliknya region baru bisa muncul dan region lama bisa hilang.
 Perubahan vektor : Vektor mungkin dapat berubah dalam kekuatan dan arahnya.
Perubahan Bondaris : Bondaris mungkin menjadi semakin permeabel atau semakin tidak permeabel,mungkin muncul sebagai bondaris atau tidak muncul sebagai bondaris.
Mempertahankan Keseimbangan
Dalam sistem reduksi tegangan,tujuan dari proses psikologis adalah mempertahankan pribadi dalam keadaan seimbang. Yang paling umum dan paling efektif untuk mengembalikan keseimbangan adalah melalui lokomosi dalam lingkungan psikologis,memindah pribadi ke region tempat objek yang bervalensi positif(yang memberi kepuasan). Tapi kalau region yang diinginkan mempunyai bondaris yang tak permeabel tegangan terkadang dapat dikurangi(dan keseimbangan dapat diperoleh)dengan melakukan lokomosi pengganti,pindah ke region yang dapat memberi kepuasan lain(yang bondarisnya permeabel) ternyata dapat menghilangkan tegangan dari system kebutuhan semula.
Kecenderungan mencapai keseimbangan itu tidak berarti membuat diri seimbang sempurna,tetapi menyeimbangkan semua tegangan dalam daerah pribadi-dalam. Lewin menjelaskan bahwa dalam sistem yang kompleks menjadi seimbang bukan berarti hilangnya tegangan,tetapi mempeoleh keseimbangan dari tegangan internal. Tujuan utama dari perkembangan psikologis adalah menciptakan semacam struktur internal yang menjamin keseimbangan psikologis bukan membuat bebas tegangan.

PERKEMBANGAN KEPRIBADIAN
Teori lewin murni psikologis, sehingga ketika membahas perkembangan beliau tidak melibatkan diri dengan isu yang menjadi intrik pakar lain, yaitu isu keturunan dan lingkungan. Lewin tidak menolak peran keturunan dan kemasakan dalam perkembangan individu. Perkembangan bagi lewin adalah sesuatu yang kongkrit dan kontinyu, usia dan tahapan perkembangan dianggap tidak membantu memahami perkembangan psikologis.

PERUBAHAN TINGKAH LAKU
Menurut lewin, sejumlah perubahan tingkah laku yang penting terjadi sepanjang perkembangan. Tingkahlaku menjadi semakin terorganisir,hirarkis, realistis, dan efektif.

DIFERENSIASI DAN INTEGRASI
Diferensiasi adalah peningkatan jumlah bagian-bagian dari keseluruhan. Bertambahnya diferensiasi akan menciptakan bondaris-bondaris yang baru. Kekuatan bondaris semakin meningkat bersamaan pertambahan usia.
Konsep saling ketergantungan yang terorganisir ( organizational interdependence ) menjelaskan bagaimana daerah pribadi-dalam dan daerah lingkungan psikologis yang semakin terdeferensiasi dan semakin otonom, dapat bekerja sama menghasilkan tingkahlaku yang integrative. Subtujuan membentuk tujuan semu sementara, yang terkoordinasi untuk mencapai tujuan yang lebih tinggi, dan memperoleh kepuasan dari pencapaian tinggi itu.

REGRESI
Lewin menemukan dua macam gerak mundur perkembangan;
 Regresi yaitu kembali ke bentuk tingkahlaku yang lebih primitive
 Retrogresi yaitu kembali kebentuk tingkahlaku lebih awal dalam sejarah kehidupan manusia
Menurut Lewin, frustasi menjadi salah satu factor terpenting penyebab regresi.

APLIKASI
ZEIGARNIK EFFECT
Banyak penelitian dari Lewin dan murid-muridnya, yang semula di maksudkan untuk meneliti hipotisis dari teori itu, akhirnya di pakai untuk mengembangkan asumsi-asumsi dari teori medan. Salah satu fenomena penelitian itu, adalah penelitian yang di lakukan oleh zeigarnik.
Temuan zeigernik oleh Lewin kemudian di kembangkan menjadi asumsi-asumsi berikut;
Asumsi 1 : Maksud-tujuan (intention ) untuk mencapai tujuan tertentu berhubungan dengan tegangan dalam suatu system pribadi.
Asumsi 2 : Ketika tujuan tercapai, tegangan ( yang meningkat lebih besar dari nol ) dari system yang terkait dengan tujuan itu menjadi reaksi (menjadi nol ).
Asumsi 3 : Tegangan untuk mencapai tujuan ( yang belum tercapai ) akan memperkuat tenaga untuk beraksi menuju tujuan itu.
Asumsu 3A : Kekuatan orang untuk mengingat tujuan ( yang belum tercapai ) tergantung kepada tegangan dari system tujuan itu.

PSIKOLOGI SOSIAL
Teori yang semula di maksudkan sebagai teori kepribadian, ternyata justru berkembang di ranah psikologi social. Sejak kematian Lewin, tidak ada kemajuan yang berarti dalam hal teori kepribadian. Pendukung setianya banyak mengembangkan rintisanya dalam penelitiannya dalam proses-proses kelompok, penelitian tentang dinamika kelompok,encounter grup, dan ketegangan antara ras.

EVALUASI
Sebagai teori kepribadian, teori Lewin memang tidak utuh karena tidak membahas tentang psikopatologi dan psikoterapi. Namun pemakaian konsep matematika dalam teorinya membuat berbagai fenomena psikis dapat di ringkas ke dalam peristilahan yang tepat.
Kritik terhadap teori Lewin:
1. Penggambaran tipologis dan vaktorial tidak mengungkapkan sesuatu yang baru tentang tingkahlaku.
2. Lewin tidak mengelaborasi pengaruh lingkungan luar atau lingkungan objektif.
3. Lewin kurang memperhatikan sejarah individu pada masa lalu sebagai penentu tingkahlaku.
4. Lewin menyalahgunakan konsep ilmu alam dan konsep matematika.



***NB: Maaf Untuk Gambar Mohon Mencari Sendiri

1 komentar:

  1. tolong kalau bikin artikel di kasi paragraf. Terima kasih.

    BalasHapus