Facebook

Jumat, 14 September 2012

Teori Kebutuhan

Teori kebutuhan Maslow
1.    Kebutuhan Fisik
    Implikasinya     : Pelatihan Kerja
    Contohnya     : Menjahit
2.    Kebutuhan Rasa Aman
    Implikasinya     :
o    Fisik        : latihan bela diri,
o    Psikis        : ESQ   
    Contohnya     : PSHT, Kung-Fu
3.    Kebutuhan Kasih Sayang
    Implikasinya     : Membuat Program KB
    Contohnya     : menciptakan hubungan antara Ibu dan Anak


4. Kebutuhan Harga Diri  Implikasinya : program Seminar  Contohnya : “TOT” Train of Trainer 5. Kebutuhan Aktualisasi Diri  Implikasinya : program Retorika (Seni Berbicara)  Contohnya : pelatihan berpidato Teori David Mc. Challand 1. Kebutuhan Berprestasi (Need for Achivement)  Implikasinya : Program Kursus / pelatihan  Contohnya : pelatihan renang 2. Kebutuhan Kebersamaan (Need for Afiliation)  Implikasinya : Program Pramuka  Contohnya : Pengajian 3. Kebutuhan Berkuasa (Need for Power)  Implikasinya : Program Latihan Dasar Kepemimpinan  Contohnya : pelatihan kaderisasi Teori Malcom Knowles 1. Kebutuhan Fisik  Implikasinya : program Kaksaraan Fungsional  Contohnya : pembelajaran Ca-Lis-Tung 2. Kebutuhan Berkembang  Implikasinya : melalui Kursus, programnya pelatihan  Contohnya : pelatihan reparasi komputer 3. Kebutuhan Rasa Aman  Implikasinya :  Psikis : melaui ESQ,  Fisik : latihan bela diri, contohnya : Kung-Fu 4. Pengalaman baru  Implikasinya : Outbound  Contohnya : jelajah malam 5. Afeksi  Implikasinya : melalui program ESQ  Contohnya : pelatihan pengendalian emosi dan spiritual 6. Menyerap Pengakuan  Implikasinya : melalui program akta-4  Contohnya : sertifikasi Teori Thompson 1. Memperoleh Pengalaman Baru  Implikasinya : Outbound  Contohnya : jelajah malam 2. Mendapat Respon  Implikasinya : Program Sosialisasi penyuluhan pertanian  Contohnya : penggolahan sawah 3. Pengakuan  Implikasinya : melalui Program Pendidikan Kesetaraan  Contohnya : paket A setara SD 4. Rasa Aman  Implikasinya : melalui Program Pelatihan Bela Diri  Contohnya : Merpati Putih Teori Melvin 1. Ingin Tahu  Implikasinya : TBM (Taman Bacaan Masyarakat)  Contohnya : perpustakaan keliling 2. Kompetensi  Implikasinya : Program Pelatihan Tutor  Contohnya : Pelatihan Tutor 3. Prestasi  Implikasinya : Program Kursus / pelatihan  Contohnya : pelatihan renang 4. kasih Sayang  Implikasinya : Membuat Program KB  Contohnya : Hubungan antara Ibu dan Anak 5. Kekuasaan  Implikasinya : Program Latihan Dasar Kepemimpinan  Contohnya : Program Kaderisasi 6. Kebebasan  Implikasinya : Program Sosialisasi  Contohnya : Pemilu

Rabu, 12 September 2012

Devinisi Komunikasi

Devinisi Komunikasi  
 Istilah komunikasi dari bahasa Inggris communication, dari bahasa latin communicatus yang mempunyai arti berbagi atau menjadi milik bersama, komunikasi diartikan sebagai proses sharing diantara pihak-pihak yang melakukan aktifitas komunikasi tersebut. Menurut lexicographer (ahli kamus bahasa), komunikasi adalah upaya yang bertujuan berbagi untuk mencapai kebersamaan. Jika dua orang berkomunikasi maka pemahaman yang sama terhadap pesan yang saling dipertukarkan adalah tujuan yang diinginkan oleh keduanya. Webster’s New Collegiate Dictionary edisi tahun 1977 antara lain menjelaskan bahwa komunikasi adalah suatu proses pertukaran informasi diantara individu melalui sistem lambang-lambang, tanda-tanda atau tingkah laku. Komunikasi sebagai usaha penyampaian pesan antarmanusia.
     Ilmu Komunikasi sebagai ilmu yang mempelajari usaha penyampaian pesan antar manusia. Syarat suatu ilmu harus memiliki objek kajian, dimana objek kajian itu harus terdiri dari suatu golongan masalah yang sama sifatnya. Objek Komunikasi itu sendiri adalah komunikasi itu sendiri, yakni usaha penyampaian pesan antarmanusia. Read More
"> Analisis Definisi Komunikasi Menurut Harold Lasswell Komunikasi pada dasarnya merupakan suatu proses yang menjelaskan siapa? mengatakan apa? dengan saluran apa? kepada siapa? dengan akibat atau hasil apa? (who? says what? in which channel? to whom? with what effect?). (Lasswell 1960). Analisis 5 unsur menurut Lasswell (1960): 

1. Who? (siapa/sumber). Sumber/komunikator adalah pelaku utama/pihak yang mempunyai kebutuhan untuk berkomunikasi atau yang memulai suatu komunikasi,bisa seorang individu,kelompok,organisasi,maupun suatu negara sebagai komunikator. 
2. Says What? (pesan). Apa yang akan disampaikan/dikomunikasikan kepada penerima(komunikan),dari sumber(komunikator)atau isi informasi.Merupakan seperangkat symbol verbal/non verbal yang mewakili perasaan,nilai,gagasan/maksud sumber tadi. Ada 3 komponen pesan yaitu makna,symbol untuk menyampaikan makna,dan bentuk/organisasi pesan. 
3. In Which Channel? (saluran/media). Wahana/alat untuk menyampaikan pesan dari komunikator(sumber) kepada komunikan(penerima) baik secara langsung(tatap muka),maupun tidak langsung(melalui media cetak/elektronik dll). 
4. To Whom? (untuk siapa/penerima). Orang/kelompok/organisasi/suatu negara yang menerima pesan dari sumber.Disebut tujuan(destination)/pendengar(listener)/khalayak(audience)/komunikan/penafsir/penyandi balik(decoder). 
5. With What Effect? (dampak/efek). Dampak/efek yang terjadi pada komunikan(penerima) setelah menerima pesan dari sumber,seperti perubahan sikap,bertambahnya pengetahuan, dll. Tujuan Komunikasi Ada empat tujuan atau motif komunikasi yang perlu dikemukakan di sini. Motif atau tujuan ini tidak perlu dikemukakan secara sadar, juga tidak perlu mereka yang terlibat menyepakati tujuan komunikasi mereka. 
    
 Tujuan dapat disadari ataupun tidak, dapat dikenali ataupun tidak. Selanjutnya, meskipun. teknologi komunikasi berubah dengan cepat dan drastis (kita mengirimkan surat elektronika, bekerja dengan komputer, misalnya) tujuan komunikasi pada dasarnya tetap sama, bagaimanapun hebatnya revolusi elektronika dan revolusi-revolusi lain yang akan datang. (Arnold dan Bowers, 1984; Naisbit.1984). 

a. Menemukan Salah satu tujuan utama komunikasi menyangkut penemuan diri (personal discovery) Bila anda berkomunikasi dengan orang lain, anda belajar mengenai diri sendiri selain juga tentang orang lain. Kenyataannya, persepsi-diri anda sebagian besar dihasilkan dari apa yang telah anda pelajari tentang diri sendiri dari orang lain selama komunikasi, khususnya dalam perjumpaan-perjumpaan antarpribadi. Dengan berbicara tentang diri kita sendiri dengan orang lain kita memperoleh umpan balik yang berharga mengenai perasaan, pemikiran, dan perilaku kita. Dari perjumpaan seperti ini kita menyadari, misalnya bahwa perasaan kita ternyata tidak jauh berbeda dengan perasaan orang lain. Pengukuhan positif ini membantu kita merasa "normal." Cara lain di mana kita melakukan penemuan diri adalah melalui proses perbandingan sosial, melalui perbandingan kemampuan, prestasi, sikap, pendapat, nilai, dan kegagalan kita dengan orang lain. Artinya, kita mengevaluasi diri sendiri sebagian besar dengan cara membanding diri kita dengan orang lain. Dengan berkomunikasi kita dapat memahami secara lebih baik diri kita sendiri dan diri orang lain yang kita ajak bicara. Tetapi, komunikasi juga memungkinkan kita untuk menemukan dunia luar—dunia yang dipenuhi objek, peristiwa, dan manusia lain. Sekarang ini, kita mengandalkan beragam media komunikasi untuk mendapatkan informasi tentang hiburan, olahraga, perang, pembangunan ekonomi, masalah kesehatan dan gizi, serta produk-produk baru yang dapat dibeli. Banyak yang kita peroleh dari media ini berinteraksi dengan yang kita peroleh dari interaksi antarpribadi kita. Kita mendapatkan banyak informasi dari media, mendiskusikannya dengan orang lain, dan akhirnya mempelajari atau menyerap bahan-bahan tadi sebagai hasil interaksi kedua sumber ini. 

b. Untuk berhubungan Salah satu motivasi kita yang paling kuat adalah berhubungan dengan orang lain (membina dan memelihara hubungan dengan orang lain). Kita ingin merasa dicintai dan disukai, dan kemudian kita juga ingin mencintai dan menyukai orang lain. Kita menghabiskan banyak waktu dan energi komunikasi kita untuk membina dan memelihara hubungan sosial. Anda berkomunikasi dengan teman dekat di sekolah, di kantor, dan barangkali melalui telepon. Anda berbincang-bincang dengan orangtua, anak-anak, dan saudara anda. Anda berinteraksi dengan mitra kerja. 

c. Untuk meyakinkan Media masa ada sebagian besar untuk meyakinkan kita agar mengubah sikap dan perilaku kita. Media dapat hidup karena adanya dana dari iklan, yang diarahkan untuk mendorong kita membeli berbagai produk. Sekarang ini mungkin anda lebih banyak bertindak sebagai konsumen ketimbang sebagai penyampai pesan melalui media, tetapi tidak lama lagi barangkali anda-lah yang akan merancang pesan-pesan itu—bekerja di suatu surat kabar, menjadi editor sebuah majalah, atau bekerja pada biro iklan, pemancar televisi, atau berbagai bidang lain yang berkaitan dengan komunikasi. Tetapi, kita juga menghabiskan banyak waktu untuk melakukan persuasi antarpribadi, baik sebagai sumber maupun sebagai penerima. Dalam perjumpaan antarpribadi sehari-hari kita berusaha mengubah sikap dan perilaku orang lain. Kita berusaha mengajak mereka melakukan sesuatu, mencoba cara diit yan baru, membeli produk tertentu, menonton film, membaca buku, rnengambil mata kuliah tertentu, meyakini bahwa sesuatu itu salah atau benar, menyetujui atau mengecam gagasan tertentu, dan sebagainya. Daftar ini bisa sangat panjang. Memang, sedikit saja dari komunikasi antarpribadi kita yang tidak berupaya mengubah sikap atau perilaku. 

d. Untuk bermain Kita menggunakan banyak perilaku komunikasi kita untuk bermain dan menghibur diri. Kita mendengarkan pelawak, pembicaraan, musik, dan film sebagian besar untuk hiburan. Demikian pula banyak dari perilaku komunikasi kita dirancang untuk menghibur orang lain (menceritakan lelucon mengutarakan sesuatu yang baru, dan mengaitkan cerita-cerita yang menarik). 
    
 Adakalanya hiburan ini merupakan tujuan akhir, tetapi adakalanya ini merupakan cara untuk mengikat perhatian orang Iain sehingga kita dapat mencapai tujuan-tujuan lain. Tentu saja, tujuan komunikasi bukan hanya ini; masih banyak tujuan komunikasi yang lain. Tetapi keempat tujuan yang disebutkan di atas tampaknya merupakan tujuan-tujuan yang utama. Selanjutnya tidak ada tindak komunikasi yang didorong hanya oleh satu faktor; sebab tunggal tampaknya tidak ada dunia ini. Oleh karenanya, setiap komunikasi barangkali didorong oleh kombinasi beberapa tujuan bukan hanya satu tujuan. 

Daftar Pustaka 
http://meiliemma.wordpress.com/2006/10/17/definisi-komunikasi/ 
http://organisasi.org/analisis-pengertian-komunikasi-dan-5-lima-unsur-komunikasi-menurut-harold-lasswell http://www.zorpia.com/nonidika/journal/1859633 
http://www.scribd.com/doc/17403518/pengertian-komunikasi

Mengatasi Fenomena Korupsi di Indonesia dengan Pendidikan Karakter Anak

A. Latar belakang masalah
     Banyak orang menyatakan bahwa korupsi di Indonesia sudah membudidaya dan  telah merasuki seluruh masyarakat di Indonesia baik masyarakat kelas atas, menengah, maupun masyarakat kalangan bawah. Seperti kutipan dari sebuah laporan Bank Dunia (Bank Dunia, 2003 : 42), mengungkapkan bahwa Indonesia memiliki reputasi yang buruk dari segi korupsi dan menjadi salah satu negara terkorup di dunia. Bahkan dari laporan Bank Dunia itu (Ibid : 50), menemukan bahwa korupsi di Indonesia memiliki akar panjang ke belakang yaitu sejak jaman VOC sebelum tahun 1800, dan praktek itu berlanjut sampai masa-masa pasca kemerdekaan. Dari masa inilah Indonesia mewarisi praktek-praktek seperti membayar untuk mendapatkan kedudukan di pemerintahan, mengharapkan pegawai-pegawai menutup biaya di luar gaji dari gaji mereka dan lain-lain. Pada masa Orde Baru yaitu selama 1967-1998, praktek korupsi ini mendapat dukungan dan kesempatan luas pada masa itu yaitu dengan memberikan dukungan kepada pengusaha-pengusaha besar dan membangun konglomerat-konglomerat baru dan memberikan kemudahan-kemudahan dan fasilitas, bahkan memberikan kesempatan kepada para pengusaha dan kroni Presiden untuk mempengaruhi politisi dan birokrat.      Menurut Baharuddin Lopa (Baharuddin Lopa & Moh. Yamin, 1987 : 6), pengertian umum tentang tindak pidana korupsi adalah suatu tindak pidana yang berhubungan dengan perbuatan penyuapan dan manipulasi serta perbuatan-perbuatan lain yang merugikan atau dapat merugikan keuangan atau perekonomian negara, merugikan kesejahteraan dan kepentingan rakyat. Undang-undang pemberantasan tindak pidana korupsi (UU 31/1999), memberi pengertian tentang tindak pidana korupsi adalah “perbuatan memperkaya diri sendiri atau orang lain dengan melawan hukum yang dapat merugikan keuangan negara atau perekonomian negara” atau “perbuatan menyalahgunakan kewenangan, kesempatan atau sarana yang ada padanya karena jabatan atau kedudukan dengan tujuan menguntungkan diri sendiri atau orang lain serta dapat merugikan keuangan negara atau perekonomian negara”. Termasuk dalam pengertian tindak korupsi adalah suap terhadap pejabat atau pegawai negeri.
     Sedangkan untuk Pendidikan karakter adalah suatu sistem penanaman nilai-nilai karakter kepada warga sekolah yang meliputi komponen pengetahuan, kesadaran atau kemauan, dan tindakan untuk melaksanakan nilai-nilai tersebut, baik terhadap Tuhan Yang Maha Esa (YME), diri sendiri, sesama, lingkungan, maupun kebangsaan sehingga menjadi manusia insan kamil. Dalam pendidikan karakter di sekolah, semua komponen (stakeholders) harus dilibatkan, termasuk komponen-komponen pendidikan itu sendiri, yaitu isi kurikulum, proses pembelajaran dan penilaian, kualitas hubungan, penanganan atau pengelolaan mata pelajaran, pengelolaan sekolah, pelaksanaan aktivitas atau kegiatan ko-kurikuler, pemberdayaan sarana prasarana, pembiayaan, dan ethos kerja seluruh warga dan lingkungan sekolah.
     Menurut UU No 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional pada Pasal 13 Ayat 1 menyebutkan bahwa Jalur pendidikan terdiri atas pendidikan formal, nonformal, dan informal yang dapat saling melengkapi dan memperkaya. Pendidikan informal adalah jalur pendidikan keluarga dan lingkungan. Pendidikan informal sesungguhnya memiliki peran dan kontribusi yang sangat besar dalam keberhasilan pendidikan. Peserta didik mengikuti pendidikan di sekolah hanya sekitar 7 jam per hari, atau kurang dari 30%. Selebihnya (70%), peserta didik berada dalam keluarga dan lingkungan sekitarnya. Jika dilihat dari aspek kuantitas waktu, pendidikan di sekolah berkontribusi hanya sebesar 30% terhadap hasil pendidikan peserta didik.
     Namun saat yang sangat penting untuk pembentukan karakter ada dalam lingkungan keluarga. Karakter seseorang terbentuk melalui pembiasaan dan latihan yang dilakukan secara terus-menerus. Perubahan yang ada tidak bisa dilihat secara kasat mata karena proses pembentukan karakter terjadi secara laten, berlanjut sepanjang hayat. Pendidikan karakter sejatinya mampu terwujud ketika seorang anak dan keluarga di dalamnya berjuang bersama untuk menghayati visi dan mengaktualisasikan nilai-nilai antikorupsi secara bersama-sama di dalam masyarakat.

B. Maksud dan tujuan
Maksud dan Tujuan dari mengatasi fenomena korupsi di Indonesia dengan pendidikan karakter anak adalah :
     1. Membantu mengatasi fenomena korupsi di Indonesia melalui pendidikan anak usia dini
     2. Mencegah fenomena korupsi di Indonesia sejak usia dini
     3. Memahami kekurangan dan kelebihan anak
     4. Mampu Mematuhi aturan-aturan sosial yang berlaku dalam
lingkungan yang lebih luas
     5. Memberi kemampuan dalam menganalisis dan memecahkan masalah dalam kehidupan sehari-hari sesuai dengan usia
     6. Mengenalkan pemanfaatkan lingkungan secara bertanggung jawab

C. Pembahasan masalah
     Cara mengatasi mengatasi fenomena korupsi di Indonesia dengan pendidikan karakter anak:
     1. Adanya kesadaran keluarga untuk ikut memikul tanggung jawab guna melakukan pemilihan pendidikan yang dianggap paling baik, dan dengan tidak bersifat acuh tak acuh terhadap lingkungan. Kesadaran keluarga dalam memilih pendidikan yang sesuai dengan hati nurani yang dianggap paling baik dan tidak menerima suap merupakan salah satu langkah untuk menghindari adanya kasus korupsi.
     2. Menanamkan aspirasi nasional yang positif pada anak, yaitu mengutamakan kepentingan nasional. Penanaman nasionalisme sejak dini pada generasi penerus bangsa juga sangat diperlukan agar mereka mencintai bangsa dan negara indonesia diatas kepentingannya sendiri sehingga kelak jika menjadi pemimpin ia akan menjadi sesosok pemimpin yang memikirkan bangsa Indonesia diatas kepentingan pribadinya.
     3. Para pemimpin dan pendidik memberikan teladan, memberantas dan menindak korupsi melalui tindakan sehari-hari. Para pendidik saat ini haruslah menjadi teladan yang baik bagi generasi penerus bangsa, yaitu sesosok pemimpin yang jujur, adil, dan anti korupsi.
     4. Reorganisasi dan rasionalisasi dari organisasi pendidikan, melalui penyederhanaan pengelolaan pendidikan. Hal ini dilakukan untuk mengurangi penggunaan dana yang seharusnya dapat digunakan seefisien mingkin. Serta untuk membentuk sistem baru yang terorganisir dengan adil dan jauh dari korupsi.
     5. Adanya sistem penerimaan peserta didik yang berdasarkan “achievement” dan bukan berdasarkan sistem “ascription”.
     6. Penetapan sistem penggajian yang layak. Aparat pemerintah harus bekerja dengan sebaik-baiknya. Itu sulit berjalan dengan baik, bila gaji mereka tidak mencukupi. Para birokrat tetaplah manusia biasa yang mempunyai kebutuhan hidup serta kewajiban untuk mencukup nafkah keluarganya. Maka, agar bisa bekerja dengan tenang dan tidak mudah tergoda berbuat curang, kepada mereka harus diberikan gaji dan tunjangan hidup lain yang layak. Karena itu, harus ada upaya pengkajian menyeluruh terhadap sistem penggajian dan tunjangan di negeri ini. Memang, gaji besar tidak menjamin seseorang tidak korupsi, tapi setidaknya persoalan rendahnya gaji tidak lagi bisa menjadi pemicu korupsi.
     7. Sistem budget dikelola oleh pejabat-pejabat yang mempunyai tanggung jawab etis tinggi, dibarengi sistem kontrol yang efisien.
     8. Perhitungan kekayaan. Orang yang melakukan korupsi, tentu jumlah kekayaannya akan bertambah dengan cepat. Meski tidak selalu orang yang cepat kaya pasti karena telah melakukan korupsi. Bisa saja ia mendapatkan semua kekayaannya itu dari warisan, keberhasilan bisnis atau cara lain yang halal. Tapi perhitungan kekayaan dan pembuktian terbalik sebagaimana telah dilakukan oleh Khalifah Umar bin Khattab menjadi cara yang tepat untuk mencegah korupsi. Semasa menjadi Khalifah, Umar menghitung kekayaan para pejabat di awal dan di akhir jabatannya. Bila terdapat kenaikan yang tidak wajar, yang bersangkutan diminta membuktikan bahwa kekayaan yang dimilikinya itu didapat dengan cara yang halal. Cara inilah yang sekarang dikenal dengan istilah pembuktian terbalik yang sebenarnya sangat efektif mencegah aparat berbuat curang. Tapi anehnya cara ini justru ditentang oleh para anggota DPR untuk dimasukkan dalam perundang-undangan.
     9. System mengajar. Peran orang tua sangat penting untuk memotivasi anaknya dalam belajar. Tingkat keberhasilan anak dalam belajar tidak luput dari motivasi orang tua. Di samping orangtua, Pendidik adalah pendidik utama (yaitu di sekolah). Dominasi pengaruh Pendidik terhadap perkembangan anak didik cukup dapat dirasakan. Ketika seorang anak didik mulai masuk dalam dunia sekolah, kata-kata dan perilaku Pendidik lebih memperoleh perhatian anak didik dibanding kata-kata dan perilaku orangtua. Ucapan Pendidik diingat dan dipercaya anak didik sedemikian rupa, bahkan cara Pendidik berkata-kata dan berjalan ditiru dengan tepat. Selain itu, keberhasilan pendidikan karakter juga ditentukan oleh tutur kata Pendidik. Bahasa yang dilontarkan Pendidik harus bermuatan kebajikan dan kalimat-kalimat positif. Pendidik yang doyan mengeluarkan kata-kata kasar bahkan makian tentu saja bertentangan dengan semangat pendidikan karakter. Bahasa kebajikan merupakan salah satu bagian dalam pendidikan karakter yang tidak hanya membentuk siswa agar baik secara akademis tetapi juga berperilaku.

D. Kesimpulan
     Dibutuhkan kerja keras untuk mewujudkan cita-cita mulia ini. Pendidik harus mampu menjadi modelnya. Seorang Pendidik tidak akan mampu membuat anak didiknya rajin, tepat waktu, bertanggung jawab dan lain sebagainya, jika Pendidik tersebut tidak lebih dulu mempraktikkannya. Negeri kita ini tidak hanya membutuhkan pendidikan karakter, tapi negeri ini juga sangat membutuhkan teladan dari “pendidikan karakter di sekolah” (Pendidik) dan teladan pendidik karakter dari semua komponen bangsa (orangtua dan masyarakat). Dengan demikian keinginan untuk membentuk generasi Indonesia yang santun, sadar sebagai makhluk ciptaan Tuhan, dan memiliki kecerdasan intelektual dan moral sebagai modal dalam membangun kreatifitas dan daya inovasi dapat terwujud sesuai harapan.

Daftar pustaka
Kemendiknas. 2010. Pembinaan Pendidikan Karakter di Sekolah Menengah Pertama . Jakarta Rosidi Ajib.2006.Korupsi Dan Kebudayaan. Jakarta: PT Dunia Pustaka Jaya Dewi, Nurfita K. Pendidikan Karakter Antikorupsi: Kajian Implementasi dan Permasalahan. Jakarta : 2011.



Untuk lebih lengkap lihat Makalah Mengatasi Fenomena Korupsi di Indonesia dengan Pendidikan Karakter Anak