Facebook

Rabu, 29 Oktober 2014

Jenis Pola Asuh Orang Tua

Jenis Pola Asuh Orang Tua
Jenis-jenis pola asuh terdapat tiga golongan yakni pola asuh otoriter, pola asuh demokratis, dan pola asuh permisif. Ketiga jenis pola asuh orang tua merupakan pola pengasuhan orang tua terhadap anak, dimana setiap keluarga memungkinkan memiliki pola asuh yang berbeda-beda Untuk penjabaran masing-masing pola asuh yaitu: 1. Pola Asuh Otoriter Menurut Agus Dariyo, ciri-ciri dari pola asuh ini menekankan segala aturan orang tua harus ditaati olah anak. Orang tua bertindak semena-mena, tanpa dapat dikontrol oleh anak. Anak harus menaati dan tidak boleh membantah apa yang diperintahkan oleh orang tua. Pola asuh otoratif hanya mengenal hukuman dan pujian dalam berinteraksi dengan anak. Menurut Hourlock dalam buku Chabib Thoha, mengemukakan pola asuh otoriter ditandai dengan cara mengasuh anak untuk berperilaku seperti dirinya (Orang Tua), kebebasan untuk bertindak atas nama diri sendiri dibatasi. Anak jarang diajak berkomunikasi dan bertukan pikiran dengan orang tua, orang tua menganggap bahwa semua sikapnya sudah benar sehingga tidak perlu dipertimmbangkan dengan anak. Pola asuh yang bersifat otoriter juga ditandai dengan penggunaan hukuman keras, lebih banyak menngunakan hukuman fisik, anak juga diatur dari segala keperluan dengan aturan yang ketat dan masih tetap diberlakukan meskipun anak sudah usia dewasa. Anak yang dibesarkan dalam suasana seperti ini akan besar dengan sifat yang ragu-ragu, lemah kepribadian dan tidak sanggup mengambil keputusan tentang apa saja. 2. Pola Asuh Demokratis Menurut Agus Dariyo dalam pola asuh ini kedudukan antara anak dan orang tua sejajar. Suatu keputusan diambil bersama anak dengan memperimbangkan kedua belah pihak. Anak diberi kebebasan yang bertanggung jawab, artinya apa yang dilakukan oleh anak tetap harus dibawah pengawasan orang tua dan dapat dipertanggung jawabkan secara moral. Orang tua dan anak tidak dapat berbuat semena-mena. Anak diberi kepercayaan dan dilatih untuk memepertanggung jawabkan segala tindakannya. Akibat positif dari pola asuh ini adalah anak akan menjadi seorang individu yang mempercayai orang lain,bertanggung jawab terhadap tindakan-tindakannya, tidak munafik, jujur. Namun akibat negatif dari pola asuh ini adalah anak akan cenderung bergantung pada kewibawaan otoritas orang tua, kalau segala sesuatu harus dipertimbangkan anak dan orang tua. Menurut hourlock dalam Chabib Thoha, mengemukakan bahwa pola asuh demokratis ditandai dengan adanya pengakuan orang tua terhadap kemampuan anak, anak diberi kesempatan untuk tidak selalu tergantung pada orang tua. Orang tua sedikit memberi kebebasan kepada anak untuk memilih apa yang terbaik bagi dirinya, anak didengarkan pendapatnya, dilibatkan dalam pembicaraan terutama yang menyangkut dengan kehidupan anak itu sendiri. Anak dilibatkan dan diberi kesempatan untuk berpartisipasi dalam mengatur hidupnya. Menurut Agus Dariyo terdapat pola asuh yang lain selain pola asuh di atas yaitu pola asuh situasional, dalam pola asuh ini orang tua tidak menerapkan salah satu tipe pola asuh tertentu saja. Akan tetapi kemungkinan orang tua menerapkan pola asuh secara fleksibel, luwes dan disesuaikan dengan situasi dan kondisi yang berlangsung saat itu. 3. Pola Asuh Permisif Pola asuh permisif adalah suatu pola asuh orang tua dimana orang tua sangat tidak terlibat dalam kehidupan sang anak (Amaliyah, 2006). “Dalam golongan ini orang tua bersikap demokratis dan penuh kasih sayang. Namun, disisi lain kendali orang tua dan tuntutan berprestasi terhadap anak itu rendah. Anak dibiarkan berbuat sesukanya tanpa beban kewajiban atau target apapun.” (Markum, 2000) Menurut Agus Dariyo sifat pola asuh ini, yakni segala aturan dan ketetapan keluarga ditangan anak. Apa yang dilakukan oleh anak diperbolehkan orang tua. Orang tua menuruti segala sessuatu yang diinginkan anak. Anak cenderung bersikap semena-mena, tanpa pengawasan orang tua. Anak bebas melakukan apa saja yang diinginkan. Dari sisi negatif lain, anak menjadi kurang mandiri dengan aturan –aturan sosial yang berlaku. Namun apabila anak mampu menggunakan kebebasan tersebut secara bertanggung jawab, maka anak akan menjadi seorang yang mandir, kreatif, inisiatif dan mampu mewujudkan aktualisasinya. Menurut tembong Prasetya pola asuh ini hampir sama dengan pola asuh yang dikemukakannya yaitu pola asuh penyabar atau pemanja. Pola pengasuhan ini orang tua tidak mengendalikan perilaku anak sesuai dengan kebutuhan perkembangan kepribadian anak, serta tidak pernah menegur atau tidak berani menegur anak. Anak dengan pola pengsuhan ini cenderung lebih energik dan responsif dibandingkan dengan anak dengan pola asuh otoriter, namun mereka tampak kurang matang secara sosial (manja), mementingkan diri sendiri dan kurang percaya diri. Dari beberapa uraian pendapat para ahli diatas mengenai pola asuh orang tua dapat disimpulkan bahwa pada dasarnya terdapat tiga pola asuh yaitu pola asuh otoriter, pola asuh demokratis, dan pola asuh permisf(bebas). Dari ketiga pola asuh orang tua tersebut, ada kecenderungan bahwa pola asuh demokratis dinilai paling baik dibandingkan dengan bentuk pola asuh yang lain. Namun demikian, dalam pola asuh demokratis bukan merupakan pola asuh yang sempurna, sebab bagaimanapun juga terdapat hal yang bersifat situasional seperti yang diungkapkan oleh Agus Dariyo, bahwa tidak ada orang tua dalam mengasuh anaknya hanya menggunakan satu pola asuh dalam mendidik anak dan mengasuh anaknya. Dengan demikian, ada kecenderungan bahwa tidak ada bentuk pola asuh yang murni diterapkan oleh orang tua, akan tetapi orang tua dapat menggunakan ketiga bentuk tersebut dan disesuaikan dengan situasi dan kondisi yang terjadi saat itu pada anak.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar